Arti Golput dan Sejarahnya di Pemilu Indonesia

- 13 Februari 2024, 07:35 WIB
Ilustrasi Arti Golput dan Sejarahnya di Pemilu Indonesia
Ilustrasi Arti Golput dan Sejarahnya di Pemilu Indonesia /Antaranews/

Tokoh-tokoh yang menjadi motor penggerak gerakan itu di antaranya adalah Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman.

Arief Budiman dalam bukunya, Tukang Kritik Profesional (2020), menulis bahwa kelompok ini merasa aspirasi politiknya tidak terwakili oleh wadah politik formal waktu itu“

Saat itu, mereka menyerukan kepada orang-orang yang tidak mau memilih partai politik dan Golkar saat itu, untuk menusuk bagian yang kosong di antara sepuluh tanda gambar yang ada.

Bertahun-tahun kemudian, Arief mengungkapkan bahwa gerakan golput dilahirkannya karena menilai Pemilu 1971 tidak demokratis. Pemerintah dianggap membatasi jumlah partai.

Selain itu, dalam penuturannya, istilah golput sebenarnya datang dari rekan Arief, Imam Waluyo yang ikut serta dalam gerakan itu.

Sejak saat itu, golput selalu menjadi persoalan. Apalagi, tidak semua keputusan golput berangkat dari gerakan moral atau idealisme yang murni. Ada juga yang memilih golput karena kondisi yang memaksa dirinya tak mencoblos.

Sejak Pemilu 2004, angka golput pada Pemilu 2019 termasuk yang terendah. Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah masyarakat golput pada 2019 hanya sebanyak 34,75 juta atau sekira 18,02 persen dari total pemilih yang terdaftar.

Sedangkan pada Pemilu 2014, data BPS menunjukkan jumlah golput sebanyak 58,61 juta orang atau 30,22 persen dari total jumlah pemilih yang terdaftar.

Adapun pada Pemilu 2024 ini, berdasarkan hasil survei Centre for Strategic and International (CSIS), sebanyak 11,8 persen responden memilih untuk golput.***

Halaman:

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini