Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah Jatuh pada 23 Maret 2023

- 7 Februari 2023, 06:40 WIB
PP Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh pada 23 Maret 2023
PP Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh pada 23 Maret 2023 /Tangkap layar Instagram/ @infobmkg/

Syamsul Anwar: Kemungkinan Tak Ada Perbedaan di Seluruh Indonesia

MANADOKU, Pikiran Rakyat - Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti membacakan Maklumat PP Muhammadiyah tentang penetapan tanggal jatuhnya awal Ramadhan, 1 Syawal, dan Idul Adha, di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Cik Ditiro, Yogyakarta, Senin 6 Februari 2023.

Dari Maklumat tersebut diketahui bahwa Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh pada 23 Maret 2023. Sedangkan 1 Syawal atau Idul Fitri jatuh pada 21 April 2023, sementara 1 Dzulhijah pada 19 Juni 2023 sehingga Idul Adha jatuh pada 28 Juni 2023.

Muhammad Sayuti menjelaskan bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Menurut Sayuti, berdasarkan metode hitungan yang digunakan Muhammadiyah, pada Selasa Legi atau 29 Syakban 1444 Hijriah yang bertepatan dengan 21 Maret 2023, ijtimak jelang Ramadhan belum terjadi.

Baca Juga: Berikut Arti, Sejarah Hukum dan Hikmah Sunat atau Khitan

Ijtimak, kata Sayuti, baru terjadi pada keesokan harinya, yakni Rabu Pahing, 30 Syakban 1444 Hijriah bertepatan dengan 22 Maret 2023 pukul 00:25:41 WIB dengan ketinggian bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta +07° 57' 17".

"Di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk. Umur Bulan Syakban 1444 H adalah 30 hari, dan tanggal 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada Kamis Pon, 23 Maret 2023. Jadi, mulai Tarawih Rabu malam," katanya.

Sedangkan 1 Syawal terjadi ijtimak pada Kamis Legi 20 April 2023 tepat 29 Ramadhan 1444 H, berlangsung pukul 11.15.06 WIB dengan ketinggian bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta +01° 47` 58". "Dengan kondisi itu, hilal sudah dinyatakan wujud. Di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk," kata dia.

Untuk penetapan Bulan Zulhijah, ijtimak terjadi pukul 11.39.47 WIB pada Minggu Kliwon, 18 Juni 2023 M bertepatan 29 Zulkaidah 1444 H. Pada tanggal tersebut, Ketinggian bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta +01° 00` 25″ yang berarti posisi bulan berada di atas ufuk saat Matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia.

"Karena itu, tanggal 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023. Hari Arafah atau 9 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Selasa Wage, 27 Juni 2023. Idul Adha atau 10 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari setelah itu, yaitu Rabu Kliwon, 28 Juni 2023," kata dia.

Adapun menurut Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, Muhammadiyah dalam penetapan awal bulan Qomariah, termasuk Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah tidak berdasar pada penampakan, melainkan pada posisi geometris benda-benda langit, yakni matahari, bumi, dan bulan.

Kata Syamsul, sesuai perhitungan di atas kertas, penetapan 1 Ramadhan 1444 H diperkirakan tidak akan mengalami perbedaan di seluruh Indonesia. Sebab, perbedaan dimungkinkan terjadi saat penetapan Bulan Syawal dan Zulhijah ketika tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan untuk elongasi atau jarak bulan dan matahari, 6,4 derajat.

"Itu belum terpenuhi untuk dapat dilihat. Itu kriteria MABIMS untuk hilal dapat dilihat. Kalau kriteria itu belum terpenuhi, berarti tidak dapat dilihat. Karena belum dapat dilihat, maka menurut kriteria MABIMS keesokan harinya belum terpenuhi syarat untuk memasuki bulan baru. Sedangkan menurut kriteria 'Wujudul Hilal' yang tidak berpatokan kepada penampakan yaitu tidak terlihat dan terlihatnya, maka keesokan harinya sudah memasuki bulan baru," kata dia, dikutip dari Antara.

Metode Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan

Dikutip dari Jatim Nuonline, ada tiga alternatif metode untuk menetapkan awal suatu bulan qamariyah. Yaitu hisab, ru’yah, dan istikmal.

Hisab adalah menghitung berdasarkan teori dan rumus-rumus tertentu yang sudah dibakukan, sehingga diyakini bahwa awal bulan atas dasar perhitungan teoritik itu sama dengan kenyataan alam.

Adapun Ru’yah adalah menetapkan awal bulan berdasarkan pada ada atau tidaknya hilal yang bisa dilihat mata (baik langsung maupun dengan alat bantu).

Sedangkan istikmal yaitu menggenapkan jumlah hari suatu bulan sampai tiga puluh hari sebelum memulai bulan baru.

Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa perbedaan penetapan awal Ramadhan dan Syawal berpangkal pada ketidaksamaan hasil dari metode-metode tersebut, khususnya ru'yah dan hisab.***

Editor: Sahril Kadir

Sumber: NU Online ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x