Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023 di Indonesia, BRIN Ingatkan Masyarakat Tak Melihatnya Secara Langsung

- 9 April 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi gerhana matahari hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023 dan dapat disaksikan di Indonesia
Ilustrasi gerhana matahari hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023 dan dapat disaksikan di Indonesia /pixabay/@budi_nath

MANADOKU.com - Pada 20 April 2023, Indonesia akan menyaksikan Gerhana Matahari Hibrida yang cukup langka.

Menyikapi fenomena ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengimbau masyarakat untuk tidak melihatnya secara langsung.

Selain itu, BRIN berharap momen ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian oleh berbagai disiplin ilmu terkait.

Baca Juga: Banyak Calon Diburu Siswa Baru! 4 SMA Terfavorit di Balikpapan, Yuk Intip SMA Apa Saja Itu?

Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, Emanuel Sungging, mengungkapkan bahwa Gerhana Matahari Hibrida dapat menjadi peluang untuk kolaborasi lintas disiplin.

Peneliti dari disiplin ilmu hayati dapat meneliti apakah Gerhana Matahari Hibrida berpengaruh terhadap perilaku makhluk hidup.

Sementara itu, peneliti ilmu sosial dapat melakukan studi etnoastronomis, terkait budaya yang timbul akibat adanya gerhana.

Gerhana Matahari Hibrida terjadi saat fenomena gerhana Matahari total dan gerhana Matahari cincin terjadi di suatu daerah dalam waktu bersamaan.

Gerhana yang akan terjadi pada 20 April mendatang diperkirakan berlangsung selama 3 jam 5 menit jika diamati dari Biak.

Jika diamati dari Jakarta, durasinya hanya 2 jam 37 menit dengan persentase tertutupnya Matahari sebesar 39 persen.

BRIN akan melakukan pengamatan dari Biak Numfor yang berada tepat dalam lintasan gerhana Matahari.

Terdapat tiga hal yang menjadi fokus pengamatan, yaitu riset korona, dampak terhadap ionosfer, dan perubahan kecerlangan.

Risiko pada ionosfer menjadi penting karena dapat mempengaruhi akurasi GPS dan juga terkait dengan komunikasi maritim yang menggunakan kanal HF (High Frequency).

Dalam hal ini, BRIN akan melihat apakah terdapat gangguan pada saat Gerhana Matahari Hibrida terjadi atau tidak.

Dengan demikian, Gerhana Matahari Hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023 di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk penelitian lintas disiplin.

Pada kesempatan yang sama, Premana W. Premadi selaku ahli astronomi dari ITB mengatakan bahwa masyarakat tidak boleh melihat fenomena tersebut dengan mata telanjang.

“Apalagi jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter). Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," ujar Premadi.

Premadi yang juga mantan Kepala Observatorium Bosscha ITB menjelaskan bahwa pihaknya berkesempatan mengamati Gerhana Matahari hibrida dari laut.

Hal tersebut lantaran ada kerja sama yang terjalin dengan Pusat Hidro-oseanografi TNI AL (Pushidrosal).

Perwakilan Pushidrosal, Kolonel Laut Priyo Dwi Saputro mengatakan timnya tertarik untuk melihat perubahan suara yang dihasilkan oleh biota dan mamalia laut selama Gerhana Matahari Hibrida.

Selain itu, karena AL sangat bergantung pada komunikasi HF, penting bagi Pushidrosal untuk melihat dampak fenomena terhadap ionosfer.***

Editor: Sahril Kadir

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x