Sumatera Barat Dikenal Sebagai Wilayah Hoofdcomptoir van Sumatra’s Westkust pada Zaman VOC, Begini Sejarahnya

8 Februari 2023, 16:15 WIB
Rumah adat yang menjadi ciri khas Sumatera Barat. /Hendra Damopolii/

MANADOKU, Pikiran Rakyat – Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Dimana, pada zaman VOC sebutan wilayah Sumatera Barat masih dikenal dengan nama Hoofdcomptoir van Sumatra’s Westkust.

Seiring semakin menguatnya politik dan ekonomi VOC di Sumatera Barat kala itu, pada abad ke 18 wilayah administratifnya sudah mencakup hingga ke Barus  sampai Inderapura.

Masih penasaran dengan cerita sejarah terbentuknya wilayah tersebut? Yuk simak terus sampai selesai.

 Baca Juga: Sekilas tentang Aksara Lontara Sulawesi Selatan, Sejarah hingga Cara Bacanya

Ketika Kerajaan Pagaruyung mulai runtuh, muncul lagi Perang Padri dengan keterlibatan Belanda. Disitu, pemerintah Hindia Belanda mulai menjadikan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai bagian dari Pax Nederlandica. Kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda dan wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden.

Kemudian, semakin lama perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini akhirnya tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust, termasuk didalamnya wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Setelah itu, wilayah ini kembali diperluas dengan masuknya Tapanuli dan Singkil.

Ketika memasuki tahun 1905, wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli, sedangkan wilayah Singkil diberikan kepada Residentie Atjeh. Sementara, ketika tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust dan menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudra Hindia ke dalam Residentie Sumatra's Westkust serta pada tahun 1935, wilayah Kerinci digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust.

Baca Juga: Resmi Dirilis Poco X5 5G dan Poco X5 5G Pro Layar Amoled Kecapatan 120Hz Baterai 5000 mAh, Ini Detail Harganya

Nah, pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust, wilayah Rokan Hulu dan Kuantan Singingi, diberikan kepada Residentie Riouw serta dibentuk Residentie Djambi pada periode yang hampir bersamaan.

Ketika datang masanya tentara Jepang, Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah Kampar dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu.

Setelah memasuki awal kemerdekaan Indonesia tepatnya di tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam Provinsi Sumatera, yang berpusat di Bukittinggi. Kemudian, setelah empat tahun, Provinsi Sumatera dipecah menjadi tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Tengah dan Selatan.

Kala itu, Sumatera Barat beserta Riau dan Jambi, merupakan bagian dari keresidenan Provinsi Sumatra Tengah. Seiring masa PRRI, berdasarkan Undang-Undang darurat nomor 19 tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah kembali menjadi tiga provinsi, diantaranya Sumatra Barat, Riau dan Jambi.

Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, digabungkan ke Provinsi Jambi, sebagai kabupaten tersendiri.

Sedangkan wilayah Kampar, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi, ditetapkan masuk ke wilayah Provinsi Riau.

Baca Juga: Inilah 6 Objek Wisata Unik di Gorontalo

Ketika resmi dimekarkan, ibukota Provinsi Sumatera Barat masih tetao Bukittinggi. Namun, karena ada berbagai pertimbangan, sehingga dipindahkan lagi ibukotanya ke Padang, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Barat.

Itulah sedikit penjelasan soal sejarah terbentuknya Provinsi Sumatera Barat, mulai dari zaman VOC sampai Indonesia resmi meraih kemerdekaan. ***

Editor: Hendra Damopolii

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler