Renungan Minggu, 8 Mei 2022, Pdt Treesje Josefine Tombokan: Mengabarkan Injil Adalah Upahku

- 7 Mei 2022, 06:00 WIB
Pdt Treesje Josefine Tombokan, M.Th, Ketua BPMJ GMIM Betania Teling Tingkulu Wilayah Manado Teling
Pdt Treesje Josefine Tombokan, M.Th, Ketua BPMJ GMIM Betania Teling Tingkulu Wilayah Manado Teling /dokumen pribadi/

MANADO HITS- Renungan Minggu 8 Mei 2022, ditulis oleh Pdt Treesje Josefine Tombokan, M.Th, dengan judul Mengabarkan Injil Adalah Upahku, bacaan Alkitab I Korintus 9:1–18

Renungan Minggu, 8 Mei 2022, ditulis oleh Ketua BPMJ GMIM Betania Teling Tingkulu Wilayah Manado Teling.

Renungan Minggu, 8 Mei 2022 dikutip ManadoHits.com melalui website dodokugmim. Menuliskan, tema khotbah ini mengacu pada keteladan hidup dari sosok Rasul Paulus.

Kalau kita mencermati bacaan ini ada 17 pertanyaan yang diutarakan Paulus dalam menanggapi kritikan  berkaitan dengan kerasulannya dan secara spesifik hanya ditemukan dalam perikop ini.

Baca Juga: Renungan Harian Keluarga GMIM, 7 Mei 2022: Penyertaan Tuhan

Paulus bukanlah sosok pelayan yang anti kritik namun ia menanggapi kritikan secara arif dengan pemahaman teologis yang jelas.

Pledoi (Yunani, Apologia = pembelaan) berupa pertanyaan yang disampaikannya merupakan upaya mengedukasi jemaat  agar dapat memahami  tentang hak dan kewajiban rasul.

Pertanyaan-pertanyaan ini sifatnya retoris (tidak membutuhkan jawaban), sebab jawaban di balik semua pertanyaan itu adalah benar.

Sebagai seorang rasul, ia tidak berbeda dengan para rasul Kristus yang lain. Ia telah melihat Tuhan dan mengalami pertobatan di dalam perjalanannya ke Damsyik.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik, 7 Mei 2022: Kepada Siapakah Kami Akan Pergi?

Jemaat Korintus adalah jemaat yang didirikan oleh Rasul Paulus. Hidup mereka di dalam Tuhan adalah buah pekerjaan dan meterai dari kerasulannya. Tidak ada satupun yang dapat meragukan pekerjaan pelayanan  Paulus kepada mereka.

Sekalipun demikian Paulus tidak menggunakan haknya  untuk menikmati pelayanan kasih jemaat, membawa seorang istri, dan dibebaskan dari pekerjaan tangan (menafkahi hidupnya).

Ada tiga metafora yang ia gambarkan dalam bentuk pertanyaan mengenai hak kerasulannya, pertama Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri ?,

kedua Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya ?, ketiga Siapakan yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu ?.

Baca Juga: Asian Games 2022 Hangzhou China Ditunda, Ini Penyebabnya

Acuan analogis bukan hanya pikiran manusia, melainkan didasarkan pada hukum Taurat: Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik! Hewan yang sedang bekerja haruslah menerima makanan yang cukup untuk memelihara kekuatan dan kesehatannya.

Gambaran ini merujuk pada perlakuan seharusnya kepada seorang pekerja (pelayan).  Di mana seorang pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Sewajarnyalah seorang pekerja mendapat bagian dari pekerjaannya.

Tidak ada salahnya jika pelayan yang menabur benih rohani menuai hasil duniawi dari jemaat yang dilayaninya. Bagi Paulus ini bukan  hal yang berlebih-lebihan jika dapat menikmati hasil pelayanan kasih dari jemaat.

Namun Paulus dan teman-temannya  tidak menggunakan hak itu, mereka rela menanggung segala sesuatu, bekerja menafkahi kehidupan sendiri tanpa membebani jemaat. Paulus lebih melihat pada keleluasaan memberitakan Injil.

Baca Juga: Ratu Elizabeth Absen Pesta Perdana Istana Buckingham di Masa Pandemi

Jangan karena masalah hak melupakan kewajiban. Sosok pelayan yang sejati adalah orang mendahulukan kewajiban, tugas dan pelayanan daripada haknya. Ia tidak ingin karena masalah hak  itu  menjadi suatu rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa,   Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani (Yunani, ergazomai, bekerja, yang mata pencahariannya) dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah mendapat bahagian mereka dari mezbah itu?

Demikian pula Tuhan telah menetapkan (Yunani, diatasso= memerintahkan, menetapkan) bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. Orang yang memberitakan Injil harus hidup dari pekerjaan pelayanannya, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya (Lukas 10:7).

Namun upah dari pekerjaan pelayanan bukanlah tujuan dari pekerjaan itu melainkan dari pekerjaan pelayanan. Hal ini mengkritisi para hamba Tuhan yang melayani demi mendapatkan upah atau semata- mata mencari upah pelayanan.

Baca Juga: Libur Sekolah saat Lebaran 2022 Diperpanjang hingga 12 Mei 2022, Lebih Lama Bersama Keluarga

Ini terbalik.  Melayani Tuhan tidak demi upah belaka tetapi demi membawa umat menikmati keselamatan dari Tuhan dan hidup untuk kemuliaan Tuhan.

Jika kerja pelayanan hanya sekedar mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup maka kita telah mereduksi atau merendahkan esensi berita Injil, yaitu berita sukacita bagi manusia.

Paulus memberikan teladan sekalipun ia layak mendapat upah dari pemberitaan Injil namun ia tidak menggunakan hak-hak itu. Ia lebih suka mati dari pada!

Paulus menunjukkan integritas dan konsistensi pelayanan. Ia tidak mengabaikan upah seorang pelayan sebab hal itu sangat alkitabiah, sesuai dengan ketetapan Tuhan.

Halaman:

Editor: Valentino Warouw


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini