Renungan Minggu, 1 Mei 2022, Pdt Dr Djoli Sondakh: Pelayanan yang Berfokus kepada Tuhan

- 1 Mei 2022, 06:30 WIB
Pdt. Dr. Djoli Sondakh, Wakil Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM Bidang Ajaran
Pdt. Dr. Djoli Sondakh, Wakil Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM Bidang Ajaran /dodokugmim/dokumen pribadi/

MANADO HITS- Renungan Minggu 1 Mei 2022, ditulis oleh Pdt Dr Djoli Sondakh, dengan judul pelayanan yang berfokus kepada Tuhan, bacaan Alkitab 1 Raja Raja 19:9-18.

Renungan Minggu, 1 Mei 2022, ditulis oleh Wakil Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM bidang Ajaran.

Renungan Minggu, 1 Mei 2022 dikutip ManadoHits.com melalui website dodokugmim menuliskan, dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang senantiasa memelihara dan memberkati kita semua.

Pelayanan GMIM terus bergerak maju dan bertumbuh karena pemilik gereja adalah Tuhan. Kita diberi peran untuk pelayanan  yang berfokus kepada Tuhan.

Baca Juga: Pulang Antar Bantuan Logistik, 2 Prajurit TNI Ditembak Kelompok Separatis di Kabupaten Puncak Papua

Dengan kata lain bila sudah berfokus pada Tuhan maka dengan sendiri hal-hal lain pun pasti terlaksana sekalipun gereja sering diombang-ambing oleh rupa-rupa pengajaran yang menyesatkan namun gereja tetap berdiri kokoh karena yang empunya gereja  adalah Tuhan.

Walaupun disadari bahwa sering kita mengalami pergumulan, tantangan dan ancaman yang datang namun bila berfokus pada apa yang TUHAN mau kerjakan atas hidup kita maka pergumulan tersebut dapat diatasi.

Jangan  kita terlalu sibuk mengerjakan tugas kita sendiri ketimbang memilih duduk dekat kaki TUHAN, mencari apa yang menjadi isi hati-Nya.

acaan kita minggu  ini terdapat 1 Raja-raja 19:9-18 dilatarbelakangi dengan menceritakan keberadaan dan peran nabi-nabi Tuhan, sebagai juru bicara Allah yang berani.

Baca Juga: Pasien Tak Bisa Jalan Malah Bisa Berjalan Lagi Setelah Kena Suntik Vaksin Nusantara

Mereka memperingatkan raja dan bangsa Israel supaya tidak menyembah berhala dan tidak meremehkan perintah-perintah Allah.

Yang menonjol ialah Nabi Elia (Arti namanya: Tuhanlah Allahku) dan kisahnya sebagai nabi yang gagah berani di kerajaan Israel Utara yang berpuncak pada pertarungannya dengan 450 nabi Baal.

 
Khusus kitab 1 Raja-raja 19:9-18, yang tidak bisa dipisahkan dari ayat 1-8, menceritakan tentang pertemuan Elia dengan Allah di gunung Horeb.

Horeb adalah nama lain dari Sinai, gunung Allah, tempat Allah berbicara dengan Musa. Sejak awal Nabi Elia sudah tampil sebagai nabi yang tanpa takut, dengan tindak tanduknya yang cemerlang disertai banyak mujizat.
 
Baca Juga: Akting Terakhir Aldebaran Dibongkar Arya Saloka, Akankah Ikatan Cinta Berakhir, Baca Selengkapnya

Tetapi tantangan dan ancaman yang sulit dari Raja Ahab dan istrinya Izebel, membuat ia gagal fokus, merasa takut, kecil hati dan hampir putus asa dan berharap lebih baik mati.

Ay.9-14 menceritakan tentang pertemuan dan percakapan Elia dan TUHAN di gunung Horeb, dimana Tuhan Allah ingin mengetahui kualitas pelayanan Elia dan Elia membela diri dengan mengungkapkan suara hatinya bahwa segala yang terbaik telah dilakukannya dalam kesempurnaan.

Disamping itu, Elia merasa bahwa hanya dirinya saja yang menyembah Tuhan, padahal masih ada yang lain yang menyembah Tuhan.

Pertanyaan Tuhan kepada Elia adalah sebuah koreksi bagi Elia untuk tidak membanggakan diri dan sadar bahwa keberhasilannya adalah anugerah Tuhan.
 
Baca Juga: Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki : Seharusnya Rusia Tidak Diizinkan Hadir KTT G20 di Bali, Indonesia

Tuhan tetap memperhatikan dia, dengan memeliharanya dan memberi makan serta berbagai keperluan penting dalam hidupnya. Mungkin saja Elia mulai gagal fokus, oleh karena mulai membanggakan diri dengan pelayanannya.

Tetapi Tuhan bertanya kembali, supaya Elia sadar bahwa kerja pelayanannya adalah milik Tuhan dan Tuhan tidak pernah meninggalkan dia.

Kesadaran pada panggilan Tuhan harusnya membuat Elia fokus kepada Tuhan, bukan menjadikan dirinya populis dan merasa kuat dalam kerja pelayanannya.

TUHAN hadir dengan berfirman  dan memberikan semangat serta memperkuat iman Elia yang sedang merasa sendiri dan sepi membuatnya depresi.
 
Baca Juga: PRAKIRAAN CUACA, 1 Mei 2022: 6 Wilayah di Sulawesi Utara Berpotensi Hujan Ringan

Di Gunung Horeb Allah memanggil Elia untuk menyaksikan peristiwa alam, yaitu angin besar, gempa bumi, dan api, tetapi Tuhan tidak ada di dalam semua peristiwa itu.

Dengan peristiwa alam itu, Elia diingatkan untuk kembali pada pelayanan yang dimaksudkan Tuhan dan mengikuti perintah-Nya serta fokus pada pelayanan yang disiapkan Tuhan baginya,

Yaitu, mengurapi Hazael sebagai Raja Siria (Aram), mengurapi Raja Israel yang baru, yaitu Yehu putra Nimsi dan mengangkat penggantinya, Elisa putra Safat.

Pelayanan yang Tuhan kehendaki dari Elia, tetapi juga tiga orang tokoh ini, sekalipun berbeda tugas dan wataknya, akan menyatu dalam merendahkan dan mempermalukan keturunan Ahab serta memberitakan firman Allah kepada kaum sisa yang benar (7000 orang).
 
Baca Juga: Usai Temui Elon Musk, Luhut Binsar Pandjaitan Temui Presiden Bank Dunia di Amerika Serikat

Pengurapan Elia bagi ketiga tokoh di atas adalah sebuah proses regenerasi yang diberkati oleh Tuhan dan Tuhan yang memilih dan menetapkan, Tuhan juga yang memproteksi orang pilihanNya.

Bagian ini juga merupakan penghiburan bagi Elia dan menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan terus menerus dosa Ahab dan Izebel.

Kata ‘Aku’ dalam ay 18 menunjukkan bahwa adanya sisa yang setia (7000 orang) kepada Tuhan merupakan pekerjaan Allah sendiri dan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Elia tidak sia-sia.

Angka “tujuh” melambangkan kesempurnaan. Meskipun tujuh ribu bukan jumlah yang besar, Elia diyakinkan bahwa ia tidaklah sendirian dalam mengimani Allah.
 
Baca Juga: Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi, Ini Daftarnya

Sebagai gereja dan kita semua yang percaya  terpanggil untuk melayani Tuhan dan pekerjaan pelayanan yang kita lakukan adalah milik Tuhan.

Jika kesadaran ini selalu ada, maka kita tidak akan menjadikan diri sebagai kebanggan dalam pelayanan, yang dapat membuat kita mencuri kemuliaan Tuhan.

Sebagai seorang pelayan Tuhan, hendaklah kita melakukan kerja pelayanan seperti yang Tuhan mau, jangan mudah putus asa, menyerah pada keadaan atau hanya memikirkan diri sendiri.
 
Fokuskan pelayanan kita kepada Tuhan, dengan melayani Tuhan secara baik dan benar, rendah hati, tulus hati, bersukacita dan tetap menjadi berkat.

Ketika Tuhan memilih kita, Tuhan pasti menyertai, menguatkan dan menopang di setiap aras hidup, karya dan pelayanan kita.  Fokus kepada Tuhan membuat orang tidak memikirkan diri sendiri dan tidak menjadikan dirinya menjadi alamat kekaguman.

Sehingga orang lain hanya memandang dia dan tidak lagi memandang kepada Tuhan. Marilah kita fokus dalam pelayanan kepada Tuhan maka berkat akan ditambahkan terus kepada kita. Amin. ***

 

Editor: Valentino Warouw


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini