Selain serangan Abrahah, Ka'bah juga terancam oleh kerusakan struktural akibat waktu yang tak kenal belas kasihan. Temboknya yang kuno mulai retak dan bengkok, bahkan pernah tergenang banjir yang mengakibatkan meretaknya dinding-dindingnya yang rapuh.
Dalam menghadapi tantangan ini, Quraisy bersama-sama memutuskan untuk merenovasi Ka'bah demi mempertahankan statusnya sebagai tempat suci. Renovasi dilakukan dengan partisipasi pemimpin kabilah dan tokoh masyarakat Quraisy.
Proyek renovasi ini mencakup pemecahan sudut-sudut Ka'bah menjadi empat bagian, di mana setiap kabilah bertanggung jawab untuk merenovasi satu sudut. Namun, ketika tiba pada tahap penempatan Hajar Aswad, perselisihan muncul mengenai siapa yang berhak meletakkannya.
Akhirnya, kepercayaan jatuh kepada Muhammad bin Abdullah, yang dikenal sebagai al-Amin, atau orang yang jujur dan dapat dipercaya, yang kemudian menjadi Rasulullah SAW.
Setelah penaklukan Makkah, kaum Muslimin mengambil alih pemeliharaan Ka'bah. Berhala-berhala yang melambangkan kemusyrikan di sekitarnya dihancurkan oleh kaum Muslimin, memulihkan kesucian tempat itu.
Sejarah Ka'bah mengajarkan keagungan Allah dalam melindungi tempat suci-Nya, serta menggambarkan kesatuan dan keberanian umat Islam dalam menjaga warisan agung ini.***