Ini 6 Versi Lafal Niat Puasa Ramadhan yang Harus Anda Ketahui

10 Maret 2024, 10:09 WIB

MANADOKU.COM - Niat puasa Ramadhan selalu menjadi topik hangat ketika memasuki bulan Ramadhan. Bagaimana tidak, niat menjadi salah satu rukun dalam ibadah puasa Ramadhan.

Puasa Ramadhan akan dianggap sah jika niat dibaca atau dilafalkan pada malam hari, sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar.

Lafal dari niat puasa Ramadhan yang kebanyakan muslim tahu cukup mudah, meski sebenarnya terdapat enam versi lafal niat.

Berikut adalah enam versi lafal niat puasa Ramadhan, seperti dikutip dari NU Online.

Baca Juga: Ada yang Mulai Puasa Ramadhan Hari ini, Kemenag Ajak Buka Ruang Dialog

1. Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu

Lafal niat yang pertama di atas dikutip dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Dalam lafal ini, kata “Ramadhana” merupakan mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda baca akhirnya berupa fathah.

Sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan tanda baca kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah.

2. Kitab Asnal Mathalib

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Kata “Ramadhana” pada niat di atas menjadi mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda fathah.

Sementara kata “sanata” diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas kezharafannya.

3. Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Dalam lafal ini, kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarr-nya.

Sedangkan kata “sanati” diakhiri kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih, dan kata "hādzihi" yang menjadi mudhaf ilaihi dari "Ramadhani".

4. Kitab I’anatut Thalibin

نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.”

5. Kitab I’anatut Thalibin

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma ghadin min/'an Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”

6. Kitab Asnal Mathalib

نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ

Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.”

Itulah enam versi lafal niat puasa Ramadhan.***

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler