Rabu Wekasan: Asal Usul dan Pandangan dalam Islam, Bisakah Dilakukan?

12 September 2023, 22:00 WIB
Rabu Wekasan: Asal usul dan pandangan dalam Islam /Instagram @maqis_alhamidy/

MANADOKU.COM - Masyarakat Indonesia mungkin sudah familiar dengan istilah 'Rabu Wekasan', yang merupakan sebuah tradisi yang masih dijaga keberlangsungannya hingga saat ini.

Tradisi ini telah hadir sejak penyebaran Islam di Indonesia, di mana para ulama mencoba untuk mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal dengan hati-hati, termasuk tradisi 'Rabu Wekasan'.

'Rabu Wekasan' telah menjadi tradisi di kalangan sebagian umat muslim, terutama masyarakat muslim yang bermukim di tanah Jawa.

Rabu Wekasan disebut mayoritas masyarakat Jawa sebagai Rebo Wekasan, atau Rabu Pungkasan bagi orang Yogyakarta, atau Rebo Kasan bagi orang Sunda-Banten dengan berbagai cara.

Baca Juga: WAJIB DIKETAHUI! Inilah Etika Pinjam Uang Teman dalam Islam

Ada yang merayakan secara besar-besaran dan ada pula yang sederhana dengan cara membuat makanan lalu dibagikan kepada orang-orang yang hadir, namun diawali dengan tahmid, takbir, dzikir, dan tahlil serta diakhiri dengan doa.

Ada juga yang merayakan dengan melakukan Salat Rebo Wekasan atau Salat Tolak Bala, baik secara sendiri-sendiri maupun berjamaah.

Bahkan ada yang cukup merayakannya dengan jalan-jalan ke pantai untuk mandi, yang dimaksudkan untuk menyucikan diri dari segala kesalahan dan dosa.

Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir pada bulan Safar, yang dikerjakan pasca Salat Isyraq atau diperkirakan mulai masuk waktu Salat Dhuha.

Rabu Wekasan menurut Islam

Dari beberapa cara merayakan Rebo Wekasan, ada yang melihat bahwa hal tersebut mengganjal dan tidak dianjurkan oleh Syariat Islam. Sebab, ada yang melaksanakan dengan cara Salat sebagai upaya Tolak Bala.

Pada dasarnya, tidak ada hadits Nabi maupun ayat Alquran yang menerangkan terkait dengan Salat Rebo Wekasan.

Dalam Islam, berbagai salat baik wajib maupun sunnah telah disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Namun Salat Rebo Wekasan tidak ditemukan.

Salat wajib atau salat sunnah merupakan ibadah yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, baik tata cara mengerjakannya maupun waktunya.

Baca Juga: Mike Maignan Jadi Sorotan karena Minta Tambah Gaji dari AC Milan

Tidak dibenarkan membuat atau menambah salat, baik wajib maupun sunnah dari yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ibadah hanya dapat dilakukan sesuai dengan yang diperintahkan, jika tidak, maka sia-sia belaka.

Alasannya, jelas menyangkut keefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan mendapat ruang gerak dakwah yang lebih memadai.

Menurut Mohammad Sobary (1994: 32), dakwah Islam di Jawa masa lalu memang lebih banyak ditekankan pada aspek esoteriknya.

Sebab orang Jawa punya kecenderungan memasukkan segala sesuatu hal ke dalam hati alias semuanya serba urusan hati. Banyak hal dianggap sebagai upaya penghalusan rasa dan budi.

Islam di masa lalu cenderung sufistik sifatnya. Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal atau seni tradisi tersebut dapat dilihat dengan memandang berdasarkan sejarah.

Asal usul Rabu Wekasan

Dalam sebuah buku berjudul “Kanzun Najah” karangan Syekh Abdul Hamid Kudus yang pernah mengajar di Makkatul Mukaramah, diterangkan bahwa telah berkata sebagian ulama ‘arifin dari ahli mukasyafah (sebutan ulama sufi tingkat tinggi), bahwa setiap hari Rabu di akhir bulan Safar diturunkan ke bumi sebanyak 360.000 malapetaka dan 20.000 macam bencana.

Bagi orang yang melaksanakan Salat Rebo Wekasan atau Salat Tolak Bala pada hari tersebut sebanyak 4 raka’at satu kali salam atau 2 kali salam dan pada setiap raka’at setelah membaca surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 5 kali, surat Al-Falaq 2 kali dan surat An-Nas 1 kali.

Setelah selesai salat dilanjutkan membaca doa tolak bala, maka orang tersebut terbebas dari semua malapetaka dan bencana yang sangat dahsyat tersebut.

Atas dasar keterangan tersebut, maka Salat Rabu Wekasan tidak bersumber dari hadits Nabi SAW dan hanya bersumber pada pendapat ahli mukasyafah uama sufi.

Oleh sebab itu, mayoritas ulama mengatakan Salat Rebo Wekasan tidak dianjurkan dengan alasan tidak ada hadits yang menerangkannya.

Ada pula ulama yang membolehkan melakukan Salat Rebo Wekasan, dengan dalil melakukan salat tersebut termasuk melakukan keutamaan amal (Fadhailul ‘Amal).

Namun sikap yang baik terhadap shalat Rebo Wekasan adalah kembali kepada aturan bahwa semua ibadah didasarkan atas perintah, serta tidak menyalahkan orang yang melaksanakan Shalat tersebut.

Sesuai dengan penjelasan yang telah diuraikan di atas, tidak ditemukan dasar perintah atau keterangan yang menjelaskan tentang Salat Rabu Wekasan atau Salat Tolak Bala, maka Salat Rabu Wekasan tidak harus dilaksanakan.

Disclaimer: Artikel ini telah tayang di laman resmi Jurnal Ilmiah, Miyah: Jurnal Studi Islam yang ditulis oleh Ali Sodikin dengan judul "Islam dan Tradisi Lokal: Kajian tentang Nilai-Nilai Dakwah dalam Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Manyar Gresik".***

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler