Ramalan Zodiak Menurut Pandangan Muhammadiyah

17 Maret 2023, 09:19 WIB
Ramalan zodiak Menurut Pandangan Muhammadiyah /FREEPIK/pch.vektor

MANADO, Pikiran Rakyat - Sampai sekarang ini banyak masyarakat khususnya kaum muda yang melakukan pencarian dengan kata kunci "Ramalan Zodiak" di mesin pencari Google maupun lainnya.

Tingginya minat terhadap kata kunci "Ramalan Zodiak" disebabkan banyak faktor, di antaranya keinginan orang untuk mengetahui kejadian yang akan dialaminya di masa depan.

Ramalan Zodiak semakin populer karena sudah dikemas dengan cara yang lebih modern, sehingga setiap orang bisa dengan mudah mengaksesnya.

Secara bahasa, kata ramalan sepadan dengan kata kahuna-yakhinu yang dalam bahasa Arab berarti perdukunan dan istilah ‘Arraf (tukang ramal) dan Munajjim (ahli nujum).

Baca Juga: Begini Cara Puasa pada Masa Sebelum Nabi Muhammad, Ada yang Setahun Penuh Kecuali 2 Hari Raya

Baca Juga: Wow! Ada Nama Angelina Sondakh di Pimpinan Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah

Lantas bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap Ramalan Zodiak? Berikut ulasannya.

Fatwa Tarjih

Ramalan Zodiak juga dibahas dan telah masuk dalam Fatwa Tarjih Muhammadiyah yang menyebutnya termasuk bagian dari praktik perdukunan.

Sebab banyak yang meyakini nasib baik dan buruknya hanya berdasarkan Ramalan Zodiak tersebut. Adapun pengistidlalannya didasarkan pada beberapa ayat dan hadis Nabi Muhammad saw.

Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah Jatuh pada 23 Maret 2023

Cara Menyikapi

Sekarang ini, Ramalan Zodiak sudah semakin populer karena dikemas dengan teknik digitalisasi modern, yaitu modifikasi dan kreasi-inovatif sesuai dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.

Lalu bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam menyikapinya? Ruslan Fariadi sebagaimana dikutip dari website resmi Muhammadiyah, mengatakan bahwa sikap terbaik seorang muslim adalah tidak perlu percaya sekalipun ramalan itu terjadi.

Percaya dengan ramalan, kata Ruslan, akan memberikan dampak yang tidak baik. Di antaranya adalah masuk dalam dosa besar, durhaka kepada Allah, tidak diterima salat, racun dalam amal saleh, tidak diampuni, pengikut setan, dan masuk dalam tujuh hal yang membinasakan.

Dalam hadis Nabi Saw: “Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu’min yang suci berbuat zina”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).***

Editor: Sahril Kadir

Sumber: Muhammadiyah

Tags

Terkini

Terpopuler