MANADO, Pikiran Rakyat - Hingga saat ini agama Baha'i masih belum termasuk agama yang dilindungi dari “penodaan” oleh orang lain di Indonesia.
Namun kehidupan penganut agama Baha'i di Sulawesi Utara khususnya Tondano, tetap bisa hidup rukun dan damai dengan penganut agama lain di wilayah tersebut.
Bahkan dalam beberapa kesempatan, mereka melakukan perayaan hari besar secara bebas dan dihadiri pula penganut agama lainnya.
Baca Juga: 6 Tradisi Unik Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Berbagai Negara
Beberapa waktu lalu, seorang penganut Baha'i di Tondano Barat, Agus Basit merayakan hari ulang tahun istrinya dengan melakukan ibadah lintas iman.
Saat itu, undangan yang hadir banyak dari anggota setempat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dan warga sekitar, termasuk para pemeluk agama Kristen, Islam, Hindu, serta agama lokal Laroma.
Acara dibuka dengan lagu Indonesia Raya, yang dilanjutkan doa lintas iman. Selanjutnya refleksi Natal dari para pemuka agama lintas iman, termasuk seorang penganut Laroma, pendeta Kristen serta dari Parisada Hindu Dharma Minahasa.
Para pemuka agama lintas iman berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan rahmat sehat dan bahagia. Malika perwakilan agama Baha’i pun mendoakan agar semua orang diberikan terang, sehingga cahaya ilahi menyinari semua orang.