Renungan Minggu 30 Januari 2022, Pdt Rivenhard Runturambi: Keteraturan Menghadirkan Damai Sejahtera

- 29 Januari 2022, 20:59 WIB
Vik. Pdt Rivenhard Runturambi, S.Th, M.Si adalah Pendeta di Jemaat GMIM Bethesda Tombatu, Wilayah Tombatu Utara, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.
Vik. Pdt Rivenhard Runturambi, S.Th, M.Si adalah Pendeta di Jemaat GMIM Bethesda Tombatu, Wilayah Tombatu Utara, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. /dodokugmim/

MANADO HITS- Renungan Minggu 30 Januari 2022, Pdt Rivenhard Runturambi, Keteraturan Menghadirkan Damai Sejahtera dengan bacaan Alkitab 1 Korintus 14:26-40

Renungan Minggu, 30 Januari 2022 disampaikan Vik. Pdt Rivenhard Runturambi, S.Th, M.Si adalah Pendeta di Jemaat GMIM Bethesda Tombatu, Wilayah Tombatu Utara, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.

Dikutip ManadoHits.com dari laman website dodokugmim, Renungan Minggu, 30 Januari 2022 dengan judul Keteraturan Menghadirkan Damai Sejahtera

Menuliskan, tidak ada di antara kita yang mengharapkan kekacauan menimpa kehidupan kita.

Rumah tempat tinggal yang di dalamnya begitu berantakan sungguh tidak enak jika dipandang. Pikiran yang dipenuhi berbagai beban membuat kita berada pada kondisi yang tidak nyaman.

Baca Juga: Dugaan Melanggar UU Kekarantinaan Kesehatan, RS DR J H Awaloei: Hasil Koordinasi adalah Masalah Miskomunikasi

Pada intinya kita selalu mengharapkan segala sesuatu yang baik akan selalu kita alami.

Keinginan ini seharusnya membawa kita untuk melihat suatu tatanan dan konsep kehidupan yang terarah, teratur.  

Sesuai dengan capaian-capaian yang diinginkan. Ketika setiap capaian itu menjadi nyata, maka kita akan mengalami dan merasakan kegembiraan, sukacita, dan damai sejahtera.

Saudara/saudari, berbicara tentang suatu keteraturan, salah seorang tokoh Alkitab dalam Perjanjian Baru yakni Paulus membuat suatu konsep dalam kehidupan umat Kristen di Korintus.

Baca Juga: Bukan Mitos, Ternyata Ini Penyebab Mengapa Tahun Baru Imlek Selalu Turun Hujan

Yakni tuntunan dalam beribadat dan penggunaan karunia-karunia rohani. Tentu saja ada hal yang perlu diluruskan oleh seorang Paulus sehingga ia memberi perhatian pada suatu cara perihal peribadatan.

Jemaat korintus memiliki ciri khusus nan penting, yakni penggunaan karunia-karunia rohani.

Dalam bahasa Yunani disebutkan “Kharisma” yang menekankan pada kebaikan dan kemurahan Allah dalam memberikan kemampuan dan tanggung jawab khusus kepada para pengikut Kristus.

Karunia-karunia itu dimaksudkan agar dapat membentuk pelayanan mereka dalam menggapai orang-orang yang hendak menjadi anggota umat Allah.

Karunia-karunia itu dimaksudkan untuk menguatkan tubuh Kristus (Jemaat) lewat kehidupan yang penuh sukacita, damai sejahtera, dan pelayanan serta peribadatan yang benar.

Baca Juga: Polresta Manado dan Kejari Manado Sepakat Perkara Terhadap Anak Jadi Atensi Bersama, 4 Kasus Berhasil Diungkap

Paulus mengakui keabsahan semua karunia yang ada di jemaat Korintus.

Mereka pun ingin menggunakannya sehingga beberapa orang ingin secara serentak dapat mengambil bagian dalam ibadah jemaat.

Paulus memperingatkan mereka bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera.

Itu berarti bila karunia digunakan dalam jemaat, dan jikalau Allah benar-benar mengilhami mereka, semestinya karunia-karunia roh itu dijalankan dengan cara yang membangun seluruh jemaat.

Baca Juga: Pasangan Ganda Campuran Praveen Jordan-Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz-Gloria Terdepak dari Pelatnas PBSI

Karunia diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu ia mempunyai tempat dalam pertemuan-pertemuan jemaat.

Sekalipun berbeda-beda, jemaat adalah bagian dari tubuh Kristus, sama seperti tubuh manusia yang terdiri dari banyak anggota yang masing-masing memiliki fungsi agar tubuh dalam keadaan baik.

Setiap fungsi yang berlainan harus membantu memperlancar keseluruhannya. Melalui perikop ini Paulus bermaksud hendak mengarahkan jemaat untuk suatu kesatuan.

Tidak boleh ada persaingan apa lagi yang satu menghina yang lain, saling melayani, melengkapi, memperhatikan satu dengan yang lain, seperti tubuh mempersatukan semua anggota, demikian Kristus mempersatukan semua anggota jemaat.

Baca Juga: BTS Bersaing dengan Maroon 5, Taylor Swift hingga Justin Bieber di Penghargaan iHeartRadio Music Awards 2022

Sudara/saudari, salah satu hal menonjol yang dilihat oleh Paulus melalui perikop ini adalah Glosolalia, dalam pengertian lain bahasa lidah, atau dalam hal ini bahasa roh yang dimiliki oleh jemaat di Korintus.

Dalam pertemuan-pertemuan jemaat dikuasai oleh kelompok-kelompok kecil yang menggunakan prinsip kebebasan sejati bersikeras melakukan sekehendak hatinya.

Ibadah seakan-akan menjadi “padang gurun rohani” berbahasa lidah, dengan kebebasan melakukannya sehingga ibadah tidak dapat dimengerti.

Paulus mengatakan bahwa hal ini tidak mendatangkan kebaikan tetapi keburukan (1 Korintus 11:17). Oleh karena itu Paulus membimbing mereka melalui pengertian akan penggunaan karunia-karunia rohani.

Baca Juga: Belum Ada Kenaikan Tarif Angkot, Kadishub: Supir Yang Naikkan Tarif Sepihak Akan Ditindaki

Saudara/saudari. Dalam kehidupan bergereja dan berjemaat, semua anggota diharapkan kehadirannya, dibutuhkan untuk memberi diri dalam pelayanan.

Dengan ini kita telah mengeksekusi suatu keputusan yang tepat sebagai bagian dari tanggung jawab kita.

Memberi diri ini pun dimaksudkan agar dalam menjalani kehidupan sebagai umat Kristen kita harus saling menghormati untuk membangun, menumbuhkan kehidupan rohani pribadi dan sesama. 

Ketika kita memiliki karunia-karunia, berbahasa lidah, mengajar, bernubuat dan berbagai karunia lainnya, itu sama-sama dibutuhkan, dari kesemuanya itu memiliki kedudukan penting dalam pertumbuhan hidup beriman hari-hari ini dan seterusnya.

Halaman:

Editor: Valentino Warouw

Sumber: dodokugmim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini