FK UPN Veteran Jakarta Bedah Buku Karya Dekan Taufik Pasiak, Budhy Munawar Rachman cs Jadi Pembicara

- 21 Maret 2023, 10:27 WIB
DR. dr. Taufik Pasiak (tengah) saat Bedah Buku yang digelar FK UPNVJ
DR. dr. Taufik Pasiak (tengah) saat Bedah Buku yang digelar FK UPNVJ /Istimewa/

MANADO, Pikiran Rakyat - Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta melaksanakan bedah buku dalam rangka implementasi 11 Arah Transformasi UPN, pada Jumat 17 maret 2023.

Buku yang dibedah kali ini merupakan karya Dekan Fakultas Kedokteran UPNVJ DR. dr. Taufiq Frederik Pasiak M.Kes, M.Pdi yang berjudul "Iman Dalam Otak Manusia; Memaknai dinamika Iman, Moral dan Etika Dalam Kesehatan".

Hadir sebagai Pembicara pada kegiatan ini antara lain Prof. DR. dr. Agus Purwadianto DFM dosen FK UI yang juga Ahli Forensik dan Mantan Anggota MKEK PB IDI, Dr. Agung Frijianto Sp.KJ yang merupakan Ketua terpilih Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia 2022-2025.

Baca Juga: Putra Sulawesi Utara ini Kembali Terpilih Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Hadir juga DR (C) dr. Prasetyo Edi, Sp.BTKV, Subsp VE(K),FIHA.MH yang sekarang menjabat sebagai ketua MKDKI PB IDI, dan dosen filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Budhy Munawar Rachman.

Dalam sambutannya, Dekan FK UPN Veteran Jakarta DR. dr. Taufiq Frederik Pasiak M.Kes, M.Pdi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya universitas membranding yang dimulai dari fakultas kedokteran.

Selain itu, kata Taufiq Pasiak, FK UPN sedang mengembangkan pemikiran terkait etika dan implementasi pendidikan kedokteran, serta mengembangkan kurikulum baru berorientasi multidisiplin.

Lanjutnya, FK UPN Veteran Jakarta juga telah memberikan kontribusi dan inovasi dalam pendidikan kedokteran dengan mengusung spiritualitas dalam pendidikan kedokteran.

"Oleh karena itu lewat bedah buku ini diharapkan bisa menjadi bacaan dalam menambah khasanah berfikir dalam bidang keilmuan kedokteran. Kami mencoba mengenalkan spiritualitas sebagai sumber etika dimana selama ini sumber etika lebih kepada filsafat etika," ujar Pasiak.

Singgung Wali Majdub dan Jeane of Arch

Taufiq Pasiak selaku penulis mengawali bedah buku dengan kasus habib Syaikhon bin Mustofah al-Bahar yang dikenal sebagai wali majdub yang suka nyeleneh. Jika habib syaikhon diperiksa ke spesialis kedokteran jiwa sudah pasti di diagnose “gila” disertai dengan waham.

"Namun menurut orang-orang di sekitarnya beliau adalah wali dengan ilmu yang tinggi yang dapat menangkap maksud dan tujuan orang yang berniat bertemu dengannya. Kesan dari orang-orang sekitarnya bahwa habib syaikhan punya level pengetahuan di atas rata-rata," ungkapnya, menjelaskan.

"Selain itu habib Syeikhan juga mengalami halusinasi biasa melihat ataupun mendengar yang tidak dijangkau oleh orang lain, kadang mendengar sesuatu ketika didatangi ternyata orang lagi minta tolong," terangnya.

Kata Pasiak, kejadian habib Syekhan ini menandakan adanya kelemahan yang fatal pada ilmu kedokteran, bahwa manusia itu kompleks, tidak sesederhana yang hanya tertulis dalam diagnose gangguan jiwa, Harrison Principle of Internal Medicine,  maupun referensi yang lain tentang penyakit.

"Ternyata manusia punya jiwa yang lebih kompleks dari sekadar fisik. Hampir 25 tahun penulis meneliti ini. Fisik lebih banyak berbicara tentang sesuatu yang sifatnya normal, rerata dan berbeda tiap kultur," jelasnya.

Dalam tradisi Kristen, ada juga yang serupa bernama Jeane of Arch yang adalah panglima perang Perancis yang pada abad 17 dinyatakan menderita halusinasi dan gangguan jiwa, tapi beberapa tahun lalu ditetapkan sebagai mistikus.

"Inilah yang membuat penulis penasaran dan berpindah dari rencana menjadi spesialis bedah saraf kemudian mengambil doctor di bidang ilmu ini," akunya.

Menurut Taufiq Pasiak, ternyata dalam pengalaman aspek spiritual itu sama halnya dengan penderita kejiwaan, dimana kedua orang yang pengalaman spiritualnya tinggi psikopatologinya rusak (ada penipisan Ego).

"Orang gila dan orang yang spiritual tingkat tinggi menggunakan jalur otak yang sama. Jalur untuk spiritualitas dan sexualitas. Ternyata kepercayaan pada agama, takhayul, dan delusi menggunakan jalur saraf yang sama," katanya.

Ulas UU Nomor 36 Tahun 2009

Hal berikut yang diulas Pasiak sebagai penulis adalah tentang UU Nomor 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesehatan terdiri atas empat, yaitu Kesehatan Fisik, Kesehatan Mental, Kesehatan Sosial, dan Kesehatan Spiritual.

Namun, menurut pria yang telah melahirkan karya yang cukup banyak ini menilai bahwa kesehatan spiritual tak terlalu banyak mendapatkan perhatian. Padahal, religi dan spiritual punya impack terhadap kesehatan baik fisik maupun mental.

"Pada waktu Covid-19 pencarian atas Tuhan, Allah, Kristus dan lainnya meningkat 600% dalam pencarian google," ujarnya.

Misteri Otak

Dia juga menyebutkan bahwa ada dua area yang misterius di otak. Pertama, yaitu Cortex Prefrontal medialis yang oleh ahli tafsir dalam Islam menyamakannya dengan kata nasiah (ubun-ubun) sel control yang ada pada bagian depan.

Area misterius kedua adalah Cortex Singulat Anterior yang merupakan daerah yang sangat tua, yang dapat mempengaruhi emosional manusia. Sehingga orang menyimpulkan bahwa mistikus experience itu punya basis yang kuat di otak.

"Ilmu kedokteran meremehkan manusia menjadi fisik saja. Dalam buku ini saya mengajak kita semua untuk melihat manusia bukan sekedar fisik tetapi spiritual juga penting untuk di dalami," tuturnya, menjelaskan.

Poin ketiga yang disampaikan Taufik Pasiak adalah spiritual dan etika kedokteran. Dijelaskannya, selama ini ilmu etika dipelajari dengan pendekatan filsafat sehingga selalu menemukan moral.

"Kenpa tidak menggunakan pendekatan spiritual karena kalau orang yang spiritualnya bagus sudah pasti imannya bagus dan akhlaknya bagus dan pasti akan jujur, adil dan punya integritas," ucapnya.

Adapun misteri di otak, menurut Taufik Pasiak antara lain adalah:

  1. Mesin yang menciptakan kepercayaan kita pada sesuatu.
  2. Kepercayaan, Tahayul, dan Delusi menggunakan jalur saraf yang sama.
  3. Pengalaman relijius dan pengalaman sexual menggunakan jalur saraf yang sama.
  4. Potential Readiness

Dia menambahkan, spiritualitas tidak hanya soal urusan ritual pada setiap agama, tetapi juga soal perilaku sehat, termasuk dalam menghadapi penyakit, dan lainnya.

"Spiritualitas manusia meski bersifat subyektif tapi berkontribusi dalam kesehatan dan penyakit sehingga harus mendapat perhatian para dokter dan tenaga kesehatan," pungkasnya.

Sekadar informasi, peserta bedah buku berasal dari berbagai macam Profesi Kesehatan, Guru Besar, Ketua-ketua Kolegium, para Dekan Fakultas Kedokteran Se-Jabodetabek, para Ketua Perhimpunan Dokter, Perwakilan MKEK PB IDI, Praktisi dan para Dosen serta Mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta yang hadir secara daring maupun luring.***

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x