Kontroversi Kebijakan Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi di NTT

2 Maret 2023, 00:31 WIB
Ilustrasi anak sekolah. /Antara/Sakti Karuru/

MANADO, Pikiran Rakyat - Kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi yang diterapkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, menuai kritikan dari berbagai pihak.

Meskipun tujuannya adalah agar siswa bisa bangun lebih pagi dan membangun etos kerja, kebijakan ini dianggap tidak akan menyelesaikan akar persoalan pendidikan di NTT.

Doni Koesoema, seorang pengamat pendidikan, menekankan bahwa persoalan pendidikan di wilayah tersebut lebih berkaitan dengan kualitas guru dan sarana prasarana pembelajaran.

Oleh karena itu, solusi yang lebih tepat adalah melakukan kajian dan riset yang baik serta melakukan dialog dengan pemangku kepentingan.

Eksekusi kebijakan juga harus melibatkan partisipasi publik, seperti pemerintah daerah, sekolah, pengelola, orangtua, bahkan siswa yang terkena dampak.

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriawan Salim juga menilai bahwa kebijakan ini sangat tidak ramah anak dan rawan kriminalitas.

Baca Juga: Gila Banget! Laptop HP Harga 1,7 Jutaan di Jual di Indonesia, Apa Kelebihannya? Begini Kata Unboxer

Hal ini karena banyak sekolah di NTT berlokasi jauh dari rumah siswa dan guru.

Kebijakan ini berpotensi meningkatkan pengeluaran orangtua, karena siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan belum adanya kendaraan umum terpaksa menyewa kos di dekat sekolah atau membeli kendaraan bermotor, sehingga pengeluaran biaya sekolah menjadi semakin tinggi.

Tidak hanya terkait dengan kesejahteraan siswa dan orangtua, tetapi juga dengan kesehatan siswa.

Andreas Prasadja, seorang dokter sekaligus praktisi kesehatan tidur dan konsultan utama Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, mengatakan bahwa siswa SMA di NTT yang harus masuk pukul 5 pagi akan berdampak pada penurunan kualitas siswa.

Baca Juga: Sapa Warga Sulawesi Barat, AHY Sampaikan Salam dari Anies Baswedan dan SBY

Kurang tidur dapat menurunkan daya tahan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit, seperti jantung, kanker, dan penurunan performa siswa.

"Hal ini karena jam tidur remaja dan dewasa muda secara biologis adalah pukul 23.00 ke atas, sehingga otak sebenarnya baru aktif sekitar 09.30-10.00 pagi," ungkapnya.

Dalam hal ini, penting untuk mempertimbangkan dampak kebijakan dan mengevaluasi solusi yang lebih tepat untuk mengatasi masalah pendidikan di NTT.

Sebagai contoh, memperbaiki kualitas guru dan sarana prasarana pembelajaran serta mengoptimalkan partisipasi publik dalam membuat keputusan terkait kebijakan pendidikan. ***

Editor: Suprianto Suwardi

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler