Renungan Minggu, 17 Juli 2022, Vikaris Pendeta Markelino Tingon: Mengucap Syukur Menurut Cara yang Berkenan

- 16 Juli 2022, 10:48 WIB
Vikaris Pendeta Markelino A.D.Tingon, S.Th, Penulis melayani di jemaat GMIM Paulus Kauditan Wilayah Minawerot
Vikaris Pendeta Markelino A.D.Tingon, S.Th, Penulis melayani di jemaat GMIM Paulus Kauditan Wilayah Minawerot /Dokumen Pribadi/

MANADO HITS- Renungan Minggu 17 Juli 2022, ditulis oleh Vikaris Pendeta Markelino A.D.Tingon, S.Th dengan judul Mengucap Syukur Menurut Cara yang Berkenan. Bacaan Alkitab Ibrani 12: 18–29.

Renungan Minggu, 17 Juli 2022 dimana Penulis melayani di Jemaat GMIM Paulus Kauditan Wilayah Minawerot.

Renungan Minggu, 17 Juli 2022 dikutip ManadoHits.com melalui website dodokugmim. Menuliskan, Ada beberapa cara jemaat mengungkapkan syukurnya kepada Tuhan.

Misalkan lewat ibadah syukur, persembahan syukur dalam bentuk uang atau bahan natura, dan ada juga yang mengundang keluarga, kerabat, kenalan, dan rekan kerja dalam acara-acara syukuran dengan jamuan-jamuan syukuran.

Baca Juga: Renungan Harian Keluarga GMIM, 16 Juli 2022: Tuhan Menghukum Orang Fasik, Membebaskan Hamba-Nya

Mengucap syukur adalah kehendak Tuhan, jadi mengucap syukur kepada Allah merupakan perbuatan atau tindakan “sakral”.

Mengucap syukur adalah bentuk ekspresi dari setiap keadaan dan situasi yang Tuhan ijinkan terjadi, baik suasana berbahagia, maupun dalam keadaan bergumul.

Karena itu, motivasi kita untuk beribadah pengucapan syukur dan membawa persembahan akan menentukan apakah ungkapan syukur itu berkenan kepada Tuhan atau tidak.

Sebagai orang Kristen kita sudah memasuki Perjanjian Baru, untuk menikmati hal-hal yang berbeda dengan yang dialami dibawah Perjanjian Lama oleh umat Israel yang keluar dari Mesir.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik, 16 Juli 2022: Kesembuhan yang Sempurna

Orang Israel mendengar bunyi sangkakala, tempat di mana mereka berdiri menjadi gelap gulita disertai angin badai yang menakutkan. Mereka mendengar bunyi sangkakala dan suara yang mengucapkan kata-kata.

Seluruh penampakan itu menakutkan, sehingga orang-orang memohon untuk berhenti (Kel: 20: 18-19). Karena jika dilanjutkan mereka yang mendengarkan langsung suara Allah itu pasti binasa.

Betapa bedanya dengan pengalaman mendekati Allah oleh mereka sebagai orang-orang Kristen yang dipanggil untuk ikut serta.

Orang Kristen diajak untuk menikmati kenyataan-kenyataan sorgawi, mereka datang pada gunung dan kota Allah di Sion, ikut serta dalam suasana yang bergembira, bertemu dengan beribu-ribu malaikat dalam kumpulan yang meriah.

Baca Juga: Anda Ingin Direhabilitasi atau Ingin Buat Aduan Penyalahgunaan Narkoba di Kota Manado? Begini Caranya

Kepada jemaat orang-orang yang terpilih dengan warisan sorgawi. Kepada satu-satunya Allah yang menguasai segala sesuatu sebagai pembela mereka. Kepada orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama, atau mereka yang kebahagiaannya disempurnakan.

Kepada Tuhan Yesus Kristus, Pengantara dari perjanjian yang belum lama diteguhkan. Dan kepada darah yang dipercikkan yang memberitakan pengampunan dosa, yang berlawanan dengan Habel yang berseru menuntut pembalasan (Kej 4:10).

Selanjutnya merupakan sebuah himbauan kepada orang Kristen agar dalam keadaan apapun jangan menolak Allah yang telah berfirman dalam diri Yesus Kristus.

Memang dalam konteks surat kepada orang Ibrani ditulis oleh karena penganiayaan yang begitu hebat sehingga banyak orang Kristen yang meninggalkan iman mereka dan kembali pada praktik ibadah korban. Yesus Kristus telah membuka ruang agar kita dapat berhadapan dengan Allah yang berbicara dengan penuh belas kasih.

Baca Juga: Satres Narkoba Polresta Manado Perkenalkan Elektronik Rehabilitasi Narkoba Manado (e-RNM)

Dalam nubuatan Perjanjian Lama dituliskan pada Hagai 2: 7 bahwa Allah terus menyatakan karya selamat-Nya bagi alam semesta yang memuncak pada diri Yesus Kristus dalam satu penghakiman yang akan menggoncangkan langit dan bumi, serta yang akan tetap ada hanyalah Firman-Nya.

Ayat 28 dan 29, merupakan kesimpulan bagi orang yang hidup dalam perjanjian baru, yang hidup dalam ibadah syukur, yang bukan lagi hidup pada ibadah korban. Karena kita telah menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, maka marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan.

Ucapan syukur mendorong kita melayani Tuhan. Beribadah menurut cara yang benar yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut kepadaNya.

Ketahuilah bahwa Allah adalah api yang menghanguskan Ia sangat menentang dosa, tetapi Ia juga adalah Allah yang penuh dengan belas kasih dan menghendaki kita hidup dalam kasih karuniaNya.

Saudara-saudara yang diberkati, menjadi pertanyaan bagi kita, apakah selama ini kita mengucap syukur kepada Allah dengan cara yang benar? Lalu apa yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk bersyukur kepada Tuhan? Bagaimana cara mewujudkan situasi kondusif dalam ber pengucapan syukur agar berkenan kepada Tuhan?

Baca Juga: Berhembus Ada 4 Nama Calon Kasat Reskrim Polresta Manado, Siapa-siapa Mereka?

Rasul Paulus menjelaskan bahwa, oleh Kasih Karunia Yesus Kristus kita telah diselamatkan itu bukan usaha kita, tetapi pemberian Allah jangan ada yang memegahkan diri (Ef 2: 8).

Karena itu kita harus menunjukan sikap sehari-hari yang bersyukur, yang benar dan yang berkenan kepada Tuhan. Beribadah dengan cara yang dikehendaki Allah dengan takut dan hormat kepada-Nya.

Kita harus sadar akan motivasi kita mengucap syukur kepada Allah, jangan sampai tujuan dari mengucap syukur kepada Tuhan menjadi salah tujuan lebih menonjolkan keberhasilan dan kesuksesan pribadi atau kelompok tertentu, dibandingkan Allah yang adalah sumber segala sesuatu.

Memberi persembahan pun harus kita persembahkan dengan benar, baik itu mata uang ataupun natura, persembahkan dengan hati yang mengucap syukur.

Baca Juga: Ungkap Pencurian Sepeda Motor di 13 TKP Wilayah Manado, 3 Pelaku Ditembak!

Juga harus memberi dengan jujur, karena berkat yang Tuhan berikan tak terhitung, maka harus jujur dalam mengucap syukur kepada Tuhan.

Walaupun dalam berbagai situasi, kondisi dan dalam berbagai hal yang terjadi bagi pribadi maupun keluarga kita, berusahalah agar dalam motivasi yang benar untuk terus mengucap syukur kepada Tuhan

Baiklah kita ber pengucapan syukur dengan tertib dan sopan, teratur dalam ibadah maupun pesta-pesta yang diadakan.

Menciptakan suasana kondusif, suasana yang penuh dengan kehangatan, dan jauh dari kriminalitas, kejahatan, pertentangan atau pertikaian dan lain sebagainya.

Tuhan menghendaki kita mengucap syukur dengan penuh kesadaran akan berkat yang telah Tuhan nyatakan. Tuhan senantiasa menyertai kita. ***

Editor: Valentino Warouw


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x