Hemofilia jadi Musuh dalam Selimut di Indonesia, Mengapa?

- 20 Juli 2023, 18:42 WIB
Ilustrasi hemofilia, gangguan pembekuan darah genetik
Ilustrasi hemofilia, gangguan pembekuan darah genetik /Tangkap layar Instagram/@utdpmikabbanyumas

MANADOKU.comHemofilia, gangguan pembekuan darah genetik, masih menjadi masalah serius di Indonesia. Menurut data Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) pada tahun 2022, jumlah penderita hemofilia mencapai 2.958 orang, dengan sekitar 85-90 persen mengalami Hemofilia A, dan sisanya menderita Hemofilia B.

Namun, angka tersebut diperkirakan baru merepresentasikan sekitar 10 persen dari jumlah sebenarnya, karena diagnosis untuk penyakit ini masih rendah.

Hemofilia genetik disebabkan oleh disfungsi protein faktor VIII (Hemofilia A) atau kekurangan faktor IX (Hemofilia B).

"Rendahnya angka diagnosis Hemofilia di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, seperti biaya yang tinggi dan kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan mengenai Hemofilia," ungkap Ketua HMHI, Prof. Dr. Djajadiman Gatot, SpA(K), dikutip dari Antara, Kamis 20 Juli 2023.

Baca Juga: Pemantauan Penyakit Menular dan GIS sebuah Aplikasi untuk Manajemen Darurat

"Sederhananya, satu botol untuk lima pemeriksaan, tetapi untuk satu pasien, tetap harus menggunakan satu botol penuh. Akibatnya, biayanya lebih mahal," jelasnya.

Dr. dr. Novie Amalia Chozie, SpA(K), seorang dokter spesialis anak subspesialisasi hematologi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM), menyatakan bahwa jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 270 juta jiwa, perkiraan penderita Hemofilia seharusnya mencapai sekitar 28.000 orang.

Untuk meningkatkan angka diagnosis Hemofilia, diperlukan peran aktif dari semua pihak, mulai dari tenaga kesehatan hingga pembuat kebijakan.

Halaman:

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini