Adaptasi Manusia dan Kesehatan Promotif Pasca Pandemi Covid-19 (Selesai)

- 28 Mei 2023, 13:42 WIB
DR. dr. Taufiq Pasiak
DR. dr. Taufiq Pasiak /Istimewa/

APA yang diuraikan pada seri pertama tulisan ini adalah bentuk upaya manusia menghadapi perubahan yang ekstrim, seperti Pandemi Covid-19 itu.

Pengetahuan modern memberikan kita informasi bahwa apapun bentuk adaptasi manusia—termasuk adaptasi mental dan spiritual—berakar pada otak manusia.

Otak manusia bukan sekadar benda metabolik belaka, tapi adalah ‘benda hidup’ dalam pengertian yang sesungguhnya.

Dibandingkan organ tubuh lainnya, otak adalah organ yang berubah terus sepanjang beradaban manusia.

Baca Juga: Adaptasi Manusia dan Kesehatan Promosi Pasca Pandemi Covid-19: Seri 1

Proses yang dinamakan neuroplastisitas menandai respon perubahan otak terhadap perubahan lingkungan.

Bentuk Adaptasi Otak

Beberapa bentuk adaptasi otak yang terjadi dalam situasi seperti itu adalah:

Plasticitas otak

Otak memiliki kemampuan yang disebut "plasticitas otak" yang memungkinkannya untuk mengubah dan menyesuaikan koneksi antar sel-sel sarafnya.

Ketika dihadapkan pada lingkungan yang ekstrim, otak dapat mengubah pola aktivitas dan mengoptimalkan jalur komunikasi saraf yang terlibat dalam fungsi tertentu.

Reorganisasi korteks

Dalam situasi yang ekstrim, otak dapat melakukan reorganisasi korteksnya. Ini berarti bahwa area otak yang biasanya bertanggung jawab untuk tugas tertentu dapat berubah fungsi dan mengambil alih tanggung jawab yang sebelumnya dijalankan oleh area lain yang mungkin terganggu atau tidak berfungsi dengan optimal.

Perubahan neurokimia

Lingkungan yang ekstrim dapat mempengaruhi kadar neurotransmiter dan hormon di otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam suasana hati, tingkat energi, dan respons emosional seseorang.

Misalnya, dalam situasi stres yang ekstrim, otak dapat meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol untuk membantu menghadapi tantangan tersebut.

Pembentukan ingatan

Otak dapat mengadaptasi diri dengan membentuk ingatan yang kuat terkait dengan pengalaman ekstrim. Ini dapat memungkinkan seseorang untuk belajar dari pengalaman tersebut dan menghadapi situasi serupa di masa depan dengan lebih baik.

Perubahan dalam persepsi dan kognisi

Lingkungan ekstrim dapat mempengaruhi persepsi dan pemrosesan kognitif. Otak dapat meningkatkan kepekaannya terhadap informasi yang penting untuk kelangsungan hidup dan mengurangi perhatian terhadap informasi yang tidak relevan.

Selain itu, otak juga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam situasi yang penuh tekanan.

Perubahan-perubahan struktural dan fungsional otak di atas mewujud dalam bentuk perubahan cara berpikir, sikap dan perilaku. Biologi-fisik saling pengaruh memengaruhi secara timbal balik.

Perubahan dan Dampak Dalam Otak Manusia

Saat menghadapi pandemi Covid-19, terdapat beberapa perubahan dan dampak yang terjadi dalam otak manusia.

Berikut ini adalah beberapa hal yang terjadi secara ilmiah berdasarkan data yang ada:

Stres dan kecemasan

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan peningkatan tingkat stres dan kecemasan pada banyak orang. Hal ini dapat mempengaruhi fungsi otak, termasuk meningkatkan aktivitas amigdala yang terkait dengan respons emosional dan mengurangi fungsi korteks prefrontal yang terkait dengan pengambilan keputusan.

Perubahan suasana hati dan depresi Isolasi sosial, ketidakpastian, dan kekhawatiran terkait kesehatan dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan meningkatkan risiko depresi.

Penelitian menunjukkan adanya perubahan dalam aktivitas dan koneksi antara daerah otak yang terlibat dalam regulasi emosi, seperti korteks anterior cingulate dan amigdala.

Penurunan kognitif

Beberapa studi menunjukkan adanya penurunan kognitif yang terkait dengan pandemi Covid-19. Faktor-faktor seperti stres kronis, gangguan tidur, dan peningkatan kecemasan dapat berkontribusi pada penurunan kinerja kognitif, termasuk gangguan memori, perhatian, dan fungsi eksekutif.

Gangguan tidur

Pandemi COVID-19 dapat mengganggu pola tidur seseorang. Penelitian menunjukkan peningkatan gangguan tidur, seperti insomnia dan perubahan ritme sirkadian, yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan keseimbangan neurotransmiter di otak.

Dampak sosial dan isolasi

Isolasi sosial yang diperlukan untuk mencegah penyebaran virus dapat menyebabkan dampak sosial dan psikologis yang signifikan.

Rasa kesepian dan isolasi sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kognitif, serta meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti demensia.

Resiliensi dan adaptasi

Meskipun dampak negatif yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, banyak individu juga menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.

Hal ini melibatkan mekanisme penyesuaian otak yang terkait dengan regulasi emosi, koping, dan pemulihan setelah stres.

Baca Juga: Dilantik Sebagai Direktur LKMI-HMI Cabang Manado 2023-2024, Tory: LKMI Bukan Hanya Soal Bakti Sosial

Apa yang dapat kita lakukan?

Untuk menjaga keseimbangan fisik, mental, sosial, dan spiritual setelah pandemi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:

Fisik

– Tetap aktif dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti berolahraga ringan, berjalan kaki, atau melakukan senam.

– Makan makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga keseimbangan gizi dalam tubuh.

– Pastikan tidur yang cukup dan berkualitas untuk memulihkan energi dan memperbaiki fungsi tubuh.

– Hindari kebiasaan yang merugikan kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

Mental

– Temukan dukungan sosial dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental untuk berbagi pengalaman dan perasaan.

– Lakukan kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan mental seperti meditasi, yoga, atau menekuni hobi yang disukai.

– Kelola stres dengan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau visualisasi positif.

– Tingkatkan keterampilan literasi emosional dan kecerdasan emosional untuk menghadapi tantangan emosional.

Sosial

– Jaga hubungan sosial yang positif dengan keluarga, teman, dan komunitas.

– Bangun koneksi sosial melalui kegiatan bersama seperti bekerja sama dalam proyek sukarela atau bergabung dengan kelompok minat yang relevan.

– Ikuti acara sosial atau kegiatan komunitas untuk memperluas jaringan sosial dan merasa terhubung dengan orang lain.

Spiritual

– Lakukan praktik spiritual yang sesuai dengan keyakinan pribadi seperti berdoa, meditasi, atau introspeksi diri.

– Cari makna dan tujuan hidup yang lebih dalam melalui pembelajaran dan pengalaman yang berarti.

– Kembangkan rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual.

– Jaga keseimbangan antara kehidupan material dan spiritual untuk mencapai keseimbangan holistik.***

*Penulis adalah:

- Ketua Bidang Adaptasi Manusia dan Kesehatan Promotif Majelis Nasional KAHMI

- Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

*Disampaikan dalam Pidato Ilmiah dalam rangka Pelantikan LKMI HMI Cabang Manado, 28 Mei 2023.

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x