Cap Go Meh? Ini Tanggal dan Sejarah Perayaannya, dari Tragedi Menjadi Festival Lampion

- 1 Februari 2023, 19:17 WIB
Sejumlah warga keturunan Tionghoa mengarak patung Kong Cho Lok Waya saat perayaan Cap Go Meh di Indramayu, Jawa barat, beberapa tahun lalu
Sejumlah warga keturunan Tionghoa mengarak patung Kong Cho Lok Waya saat perayaan Cap Go Meh di Indramayu, Jawa barat, beberapa tahun lalu /Dok. Antaranews/

Dia menuliskan ramalan itu pada sebuah keputusan yang berisi bahwa kota itu akan dibakar pada hari ke 15 bulan lunar, yang selanjutnya diserahkan kepada Yuanxiao yang berpakaian merah untuk berpura-pura menjadi peri.

Kaisar khawatir dan meminta nasihat Dongfang. Dongfang berpura-pura berpikir sejenak, dan berkata: "Saya mendengar bahwa dewa api menyukai bola nasi ketan. Apakah Anda tidak memiliki pelayan bernama Yuanxiao yang ahli dalam hal itu? Biarkan dia membuat bola nasi ketan untuk menyembah Dewa Api, dan pada hari yang sama, seluruh kota dapat membuat bola nasi ketan untuk memberi hormat."

Dongfang juga menyarankan agar setiap rumah dipasang lentera merah dan menyalakan petasan untuk berpura-pura bahwa kota sedang terbakar.

Pada tanggal 15 bulan pertama bulan lunar, Kota Chang'an dipenuhi oleh orang-orang yang memegang lentera, sementara orang tua Yuanxiao akhirnya dapat bertemu di keramaian. Setelah malam yang begitu meriah, Kota Chang'an akhirnya aman.

Kaisar sangat gembira dan memerintahkan bahwa pada hari ke 15 bulan lunar pertama setiap tahun, orang harus membuat bola ketan dan menggantung lentera untuk menyembah Dewa Api.

Karena Yuanxiao sangat pandai dalam hal itu, orang-orang mulai menamai makanan itu dengan namanya, dan sejak saat itu hari itu disebut Festival Lentera atau Yuan Xiao Jie.

Hingga saat ini, makanan yuanxiao atau tangyuan dan menggantung lampion masih menjadi hal tradisional yang dilakukan di Festival Lampion.***

Halaman:

Editor: Sahril Kadir

Sumber: CGTN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x