Mengenang 25 Tahun Reformasi: Perjalanan Karir dan Profil Soeharto, Presiden Kedua Indonesia

- 21 Mei 2023, 10:30 WIB
Gambar Soeharto
Gambar Soeharto /Tangkapan layar Instagram/@berkarya_kita

MANADOKU.com - Tanggal 21 Mei, 25 tahun lalu, Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI, sekaligus menandai masuknya masa reformasi di Indonesia.

Soeharto tercatat sebagai tokoh utama masa Orde Baru, sebelum reformasi dilakukan di negara ini pada tahun 1998 lalu.

Tercatat pula dalam sejarah bahwa Soeharto menjadi Presiden selama 32 tahun, sebelum akhirnya lengser lewat gerakan reformasi oleh mahasiswa.

Pada kesempatan ini, MANADOKU akan mengulas tentang profil dan perjalanan karir dari sosok presiden kedua Indonesia tersebut, sebagaimana dikutip dari tni.mil.id.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Diangkat Jadi Keluarga Kesultanan Palembang Darussalam

Muhammad Soeharto, nama lengkapnya, lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921, dan meninggal di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008 pada usia 86 tahun.

Beliau menjabat sebagai Presiden Indonesia kedua dari tahun 1967 hingga 1998, menggantikan Soekarno.

Di kancah internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering disebut sebagai "The Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum").

Sebutan itu disematkan kepadanya karena senyumnya yang selalu terlihat saat berhadapan dengan pers dalam acara-acara kenegaraan resmi.

Sebelum menjadi presiden, dia adalah seorang pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.

Ia secara resmi menjabat sebagai presiden pada tahun 1968 dan terpilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah ia mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei sebagai respons terhadap Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Something Just Like This', Hasil Kolaborasi Coldplay dan The Chainsmokers

Soeharto merupakan presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama. Ia digantikan oleh B.J. Habibie.

Karir militer Soeharto dimulai pada tanggal 1 Juni 1940, saat ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah.

Setelah menjalani enam bulan pelatihan dasar, ia tamat dari sekolah militer dengan predikat lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral.

Ia menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara di Gombong dan resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.

Pada saat Perang Dunia II terjadi pada tahun 1942, Soeharto dikirim ke Bandung sebagai tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu.

Setelah memperoleh pangkat sersan tentara KNIL, ia kemudian menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.

Setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan, Soeharto tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi.

Selanjutnya, ia ditunjuk sebagai Komandan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas menjaga keamanan kota dari gangguan bekas anggota KNIL/KL.

Pada tanggal 1 Maret 1949, ia turut serta dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam.

Inisiatif ini muncul berdasarkan saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto harus segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota tersebut selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia (RI) masih eksis.

Pada usia sekitar 32 tahun, tugas Soeharto dipindahkan ke Markas Divisi dan ia diangkat menjadi Komandan Resimen Infanteri 15 dengan pangkat letnan kolonel pada tanggal 1 Maret 1953.

Pada tanggal 3 Juni 1956, ia menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang.

Dari posisi Kepala Staf, ia kemudian diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada tanggal 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.

Pada tanggal 1 Oktober 1961, Soeharto menjabat sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) dan menambah jabatan baru sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD).

Pada tahun 1961 itu juga, ia mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), dan Bonn (Jerman).

Baca Juga: Detik-detik Reformasi: Soeharto Sempat Kompromi Reformasi kepada 9 Tokoh Muslim

Pada usia 41 tahun, pada tanggal 1 Januari 1962, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal dan ia menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat serta merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.

Setelah kembali dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, dipanggil ke Markas Besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution.

Pada pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga tahun 1965. Dan pada tahun 1968, dia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia kedua hingga tahun 1998.

Itulah profil dan perjalanan karir dari Muhammad Soeharto, presiden kedua Indonesia sebelum masa reformasi.***

Editor: Sahril Kadir

Sumber: tni.mil.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x