"Saat ini, terdapat sekitar 14.150 kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun. Angka ini meningkat sekitar 700-1000 kasus setiap tahun," jelas dr. Syahril.
Terkait dengan proses deteksi, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa hanya 55% ibu hamil yang dites HIV karena sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan izin dari suami untuk melakukan tes.
Dari jumlah tersebut, sekitar 7.153 ibu hamil dinyatakan positif HIV, dan 76% di antaranya belum mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV), yang juga meningkatkan risiko penularan kepada bayi.
Baca Juga: Senator Djafar Alkatiri Akui Prestasi BP2MI dalam Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
Melihat sumber infeksi, dr. Syahril menilai penularan HIV masih akan terus terjadi. Saat ini, dari total 526.841 orang dengan HIV, hanya sekitar 429.215 orang yang sudah terdeteksi atau mengetahui status HIV mereka.
Artinya, masih ada sekitar 100.000 orang dengan HIV yang belum terdeteksi dan berpotensi menularkan virus kepada masyarakat.
dr. Syahril menjelaskan bahwa upaya skrining pada setiap individu kini menjadi prioritas pemerintah untuk mencapai eliminasi HIV, termasuk memutus mata rantai penularan HIV secara vertikal dari ibu ke anak.
Setiap ibu yang terinfeksi HIV 100% harus mendapatkan tatalaksana yang memadai. Melalui upaya ini, diharapkan dapat menekan jumlah anak yang terinfeksi HIV sejak lahir, mengurangi angka kesakitan dan kematian, serta mengurangi beban negara dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat.