Renungan Minggu, 26 Juni 2022, Vik Pdt Swita Rori : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Adalah Pemberian Allah

- 25 Juni 2022, 23:34 WIB
Vik Pdt Swita Rori melayani di Jemaat GMIM Anugerah Koka
Vik Pdt Swita Rori melayani di Jemaat GMIM Anugerah Koka /dokumen pribadi penulis/

MANADO HITS- Renungan Minggu 26 Juni 2022, ditulis oleh Vik Pdt Swita Rori, S.Th, dengan judul Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Adalah Pemberian Allah, bacaan Alkitab Keluaran 31:1-11

Renungan Minggu, 26 Juni 2022, penulis melayani di Jemaat GMIM Anugerah Koka.

Renungan Minggu, 26 Juni 2022 dikutip ManadoHits.com melalui website dodokugmim. Menuliskan,  Saudara kekasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, saya rasa kita sepakat untuk mengatakan bahwa saat ini kita tengah hidup di Era dunia yang menuntut manusia untuk paling tidak memiliki kemampuan atau keahlian (Skill) untuk dapat bertahan hidup.

Ungkapan “dunia so lebe canggih” agaknya tidak hanya datang dan menawarkan berbagai bentuk kemudahan, tetapi juga datang dan tiba bersama dengan tuntutan agar manusia sang prakarsa kecanggihan dan teknologi itu sendiri dapat sebisa mungkin kreatif dan inovatif memanfaatkannya.
 
Baca Juga: Renungan Harian Keluarga GMIM, 26 Juni 2022: Menjadi Orang yang Ditunjuk Tuhan

Manusia bukan hanya dituntut untuk mengikuti lenggok alur perkembangan zaman yang semakin mumpuni ini, tetapi di lain pihak pesatnya perkembangan dunia mengharuskan manusia untuk unjuk dan terampil memanfaatkan perkembangan yang ada.

Saudara jemaat Tuhan, masih segar dalam ingatan saya kalimat kedua orang tua saya lima tahun yang lalu “Sudah jo mo pangge tu hp yang canggih-canggih, yang penting ada tu mo halo-halo akang” belum lagi kalimat yang lain “Mo simpang doi kwa susah-susah di bank, sisip jo kasana di lemari kwa kong jaga bae-bae” sambil menasehati ketiga para anak perempuannya, saya dan kedua kakak lainnya.

Kami mengangguk sembari setuju dengan kalimat-kalimat ampuh itu, apalagi bagi saya yang hampir selalu tergoda jika ada smartphone keluaran terbaru dirilis. Tetapi ternyata kedua kalimat mumpuni untuk menolak memberikan kami barang terbaru kini usang dan tak lagi berlaku.

Bahkan kedua orang ini sekarang mulai memakai, menikmati dan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Handphone yang dulunya digunakan untuk menghubungkan komunikasi jarak jauh tapi kini lebih dari pada itu telah menawarkan berbagai manfaat informasi.
 
Baca Juga: Lille Terima Tawaran Newcastle United untuk Sven Botman

Jemaat yang Tuhan kasihi, kini kita memahami bahwa sikap skeptis terhadap perubahan, perkembangan bahkan gerak lajunya zaman tidak boleh lagi kita kenakan dalam kerangka berpikir kita.

Sebagai contoh di masa pandemi:  “Saya tidak suka mengikuti ibadah online, ibadahnya tidak khusuk apalagi kadang jaringannya tidak stabil” atau “Saya tidak suka mengikuti ibadah melalui pengeras suara, saya tidak dapat menyaksikan si pengkhotbah secara langsung.
 
Itu mengurangi fokus saya beribadah” dan berbagai macam penolakan lainnya. Padahal gereja dengan segala daya dan upaya telah berusaha untuk memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan beribadah melalui Teknologi & Informasi.

Seolah-olah kita meletakkan tanggung jawab beribadah sebagai orang percaya hanya dalam situasi tertentu dan memilih untuk melepaskan tanggung jawab itu jika tak sesuai dengan situasi dan kondisi yang kita harapkan.
 
Baca Juga: Ngotot Rekrut Matthijs de Ligt, Chelsea Siap Lepas Werner atau Pulisic ke Juventus

Bapak ibu jemaat yang dikasihi Tuhan, sikap-sikap seperti itu sesungguhnya menjauhkan kita dalam jangkauan pemeliharaan dan penyertaan tangan kasih Tuhan. Umat Israel menyadari akan hal itu.
 
Sehingga sebagai bangsa nomaden tanggung jawab beribadah kepada Tuhan, adalah tradisi turun temurun yang selalu dijaga dan dipelihara.

Dalam kisah penunjukkan dan penetapan Bezaleel dan Aholiab sebagai juru rancang bangunan Bait Allah, maka umat Israel begitu menyadari bahwa Ilmu Pengetahuan & Teknologi sangat membantu dan juga dapat menjadi aspek penting yang mengeratkan dan merekatkan hubungan mereka dengan Allah.

Situasi sebagai bangsa nomaden tidak menjadikan iman mereka berubah, berpindah, berkurang apalagi skeptis. Situasi yang berpindah-pindah tempat bernaung tidak membawa mereka pada pola pikir “untuk apa membangun susah payah bait Allah toh  nanti kita akan berpindah juga”.
 
Baca Juga: Sesi Latihan Bebas Pertama MXGP Indonesia, Sang Juara Dunia Tim Gajser Tercepat

Tidak sama sekali. Bahkan pemahaman yang terbangun adalah bangsa ini menyadari bahwa keberadaan bait Allah adalah merupakan wujud dari atau eksistensi Allah kepada umat-Nya.

Selanjutnya, pemahaman ini kemudian membawa umat dalam ketaatan. Melalui Musa Allah berfirman (ay 1) hal ini menunjukkan kekudusan sang Nabi, bahwa melalui Musa segala sesuatu yang dipakai dalam peribadatan termasuk yang akan mengambil bagian ditunjuk dan ditetapkan.

Mereka tidak hanya bekerja seorang diri. Sesudah nama Bazaleel disebutkan sebagai orang yang dipenuhi dengan Roh Allah, keahlian, pengertian, pengetahuan dan pekerjaan maka disebut juga Aholiab berada disampingnya.

Mengisyaratkan kepada kita bahwa pekerjaan Tuhan tidak dapat dilakukan seorang diri atau hanya kepada satu atau dua pribadi (Ay 6). Pekerjaan itu ditetapkan secara bersama, ditunjuk untuk bersama bekerja dan dilakukan dalam kebersamaan.
 
Baca Juga: 5 Manfaat Minum Jus Lemon Bagi Kesehatan Tubuh, Nomor 4 Khasiatnya Luar Biasa

Sama-sama bekerja dan bekerja bersama-sama menjadi etos kerja pembangunan ini.Berikutnya, ay 6, “Haruslah mereka membuat segala apa yang kuperintahkan kepadamu”. Setelah penunjukkan dan penetapan.

Ada perintah yang harus dilakukan, jadi meskipun kepada Bezaleel dan Aholiab dianugerahkan keahlian, pengertian, pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu tetapi mereka harus tetap mengikuti protokol pengerjaan rancang bangunan Allah.

Mereka tidak diperlengkapi untuk melakukan pekerjaannya dan menonjolkan diri. Tetapi menyadari bahwa pemberian itu adalah milik Allah dan segala sesuatu yang mereka terima berasal dari Allah dan diperuntukkan untuk Allah.

Sehingga bagian firman Tuhan yang kita renungkan di sepanjang minggu berjalan ini, setidaknya mengingatkan tiga pokok penting bagi kita yakni:
 
Baca Juga: Dua Bek Hengkang, Chelsea Bidik Pemain Juventus Matthijs de Ligt

Pertama, setiap pemberian yang berasal dari Tuhan, selalu akan berwujud manfaat bagi orang banyak. Orang percaya memahami bahwa dalam dirinya diperlengkapi dengan pemberian Allah. Kita menyebutnya sebagai “Talenta”.

Sebagaimana perumpamaan tentang talenta (Bdk Matius 25:1-30) maka masing-masing “telah diberi”. Maka seharusnya sejak awal eksistensi manusia itu ada, ia harus memiliki pemahaman bahwa kepadanya telah diberi talenta/kemampuan/keahlian/kesanggupan untuk melakukan dan mengerjakan suatu pekerjaan.

Selanjutnya, “diberi sesuai dengan kesanggupan” berarti bagi setiap orang pemberian itu cukup. Allah, Ia tidak melebihkan atau mengurangkan bahkan memberi setengah-setengah. Pemberian ini kita pahami sebagai anugerah yang memperlengkapi kita untuk menapaki hidup dalam menjawab panggilan di tengah dunia.

Keuda, segala sesuatu dari Dia dan untuk Dia. Orang percaya mengimani bahwa hidup yang dijalani adalah semata-mata pemberian (Efesus 2:8). Pemberian itu harus diolah dan dimanfaatkan.
 
Baca Juga: Piala Dunia 2022 Qatar, FIFA Tambah Maksimal Skuad hingga 26 Pemain

Pengelolaan dan pemanfaatan hidup pemberian Tuhan bukan semata bertujuan untuk pemuasan nafsu dan keinginan manusia itu sendiri. Melainkan sebagai bentuk pemberian kepada sang pemberi dan Empunya kehidupan. Ditangan seorang seniman tanah liat dapat menjadi karya seni yang memukau.  

Tetapi di tangan para pengerja, tanah liat diproses menjadi bata yang mengokohkan dasar rumah. Setiap profesi dan pekerjaan jika dilakukan dan dikerjakan dalam proses dan pengolahan yang benar menurut jalan Tuhan, pasti berbuah manis. Sebab kita tahu kita melakukan karena Tuhan, dan untuk Tuhan.

Ketiga, pemberian ini harus digunakan secara bijak dan berhikmat. Bagaimana caranya untuk dapat bijak dan berhikmat? Andar Ismael dalam buku Seri Selamat Berhikmat menuliskan “Hikmat diperoleh bukan hanya dari pengalaman hidup melainkan dari ilmu pengetahuan.

Juga sebaliknya, bukan hanya dari ilmu pengetahuan, melainkan juga pengalaman hidup” Orang berhikmat adalah orang yang tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengenal begitupun sebaliknya tanpa mengenal dan belajar orang sulit untuk berhikmat.
 
Baca Juga: Tahun Ini, Indonesia Dapat Tambahan Kuota Haji Sebanyak 10.000

Manusia diperlengkapi dengan Kecerdasan intelektual tetapi juga emosional tetapi kira-kira 2000 tahun yang lalu Pengamsal dalam Amsal 1:7 katakan “Takut akan TUHAN adalah  permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” sehingga manusia bukan hanya mengandalkan kemampuan kognitif dan kemampuan afektifnya.

Tetapi juga kemampuan management spiritual yang menuntun pada jalan ketaatan. Menutup perenungan ini saya rindu kita untuk merenungkan bahwa sudah sejauh mana pekerjaan, keahlian, kecakapan, profesi yang kita geluti setiap hari telah membawa berkat dan dampak bagi sesama kita?

Seperti Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang adalah pemberian Tuhan telah berdampak dalam kelangsungan kehidupan kita, maka demikian orang percaya terpanggil untuk memanfaatkan pemberian itu untuk hormat kemuliaan nama-Nya. Tuhan Yesus menolong kita. Amin.

Editor: Valentino Warouw


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x