Khotbah GMIM Hari Natal I 2023, Raja Yang Lahir di Palungan – Lukas: 2: 1-7

24 Desember 2023, 17:00 WIB
Logo GMIM. /gmim.or.id/

MANADOKU.COM – Dengan sukacita dan semangat Natal yang meriah, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) bersiap untuk menyambut umatnya dalam ibadah Hari Natal I tahun 2023.

Khotbah yang akan disampaikan pada perayaan ini memiliki tema menggugah, "Raja yang Lahir di Palungan."

Melalui khotbah ini, GMIM berharap untuk mengajak umat merenungkan makna mendalam dari kelahiran Yesus Kristus, Sang Raja yang lahir di tempat yang sederhana.

Dengan fokus pada kesederhanaan dan keajaiban Natal, khotbah ini diarahkan untuk menginspirasi dan memotivasi jemaat dalam perjalanan rohaniah mereka.

Baca Juga: Jadwal Misa Malam Natal 2023 di Gereja Katedral Manado, Selamat Beribadah

Mari bersama-sama memahami dan merayakan pesan kehidupan yang dihadirkan oleh Raja damai, kasih, dan kebijaksanaan, yang mengubah dunia melalui kelahiran-Nya di palungan.

Isi Materi Khotbah

Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan,
Puji Tuhan, kita diperkenankan lagi merayakan Natal Yesus Kristus. Sebuah perayaan yang “mendunia” dan menyerap perhatian banyak orang. Natal dipandang sebagai “hari besar” yang menjadi ciri khas atau keunikan yang tak terpisahkan dari umat Kristen. Tetapi juga pada saat yang sama, Natal diakui telah menjadi fenomena sosial yang “mewarnai” interaksi antar manusia dari berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda, termasuk perbedaan agama. Sedikit atau banyak, Natal telah menjadi “milik semua”.

Nuansa Natal tidak hanya semarak di ruang-ruang gereja, tapi juga dalam ruang-ruang instansi, negeri dan swasta. Gemanya terdengar dalam ruang-ruang publik. Nyanyiannya dikenal dunia. Apalagi lagu “O, Holly Night”. Bukan nanti Tanggal 25 Desember, bahkan sejak memasuki Bulan September, yang dianggap sudah memasuki bulan yang akhiran bunyinya “berber”. Sebagian orang telah mengumandangkan lagu-lagu Natal di rumah, di kendaraan, termasuk untuk didengar sendiri melalui HP atau gadjet. Jadi mengapa Natal dirayakan dan memberi pengaruh yang luas? Oleh karena Natal mengandung berita yang besar. Yakni ketika “seorang raja” dilahirkan di sebuah kandang, dalam sebuah palungan. Bukankah seorang raja harus dilahirkan di istana atau di rumah bersalin yang terbilang “wah”? Pokoknya tempat yang paling istimewa waktu itu? Namun itulah proses kedatangan sang anak untuk menggenapi nubuat para nabi.

Pada masa itu, berkuasalah Kaisar Agustus yang bernama asli Gaius Oktavius. Masa pemerintahannya dari Tahun 27 sebelum Masehi sampai Tahun 14. Wilayah kekuasaannya meliputi Eropa, Asia kecil, sebagian timur tengah sampai Afrika bagian utara. Ketika kaisar menyampaikan titah pendaftaran penduduk untuk kepentingan pembayaran pajak maka semua warga harus patuh. Saat itu wali negeri atau gubernur provinsi Siria adalah Kirenius. Jadilah Yusuf dan Maria menuju ke kotanya sendiri. Ayat 4 mencatat: Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, — karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud.

Di sini Yusuf tidak hanya mendaftarkan dirinya sendiri tetapi juga Maria tunangannya. Hal ini sebagai wujud kesetiaannya, sebagaimana terbukti ketika Maria harus bersalin dan Yusuf berusaha melakukan yang terbaik di tengah keadaan yang sulit. Awalnya mereka mencari rumah penginapan namun tidak ada lagi kamar kosong. Sementara waktu persalinan sudah tiba. Mariapun melahirkan anak lelakinya yang sulung. Dimana? Diceritakan Maria membungkus anaknya dengan lampin atau sehelai kain panjang, meletakkannya di sebuah palungan berisi jerami. Kita pun tahu, tempatnya persalinan adalah sebuah kandang. Sebuah kandang untuk berlindung dari dinginnya malam. Tempat yang sangat bersahaja untuk berbaring bagi sang Bayi mungil di malam lahir-Nya. Tempat yang ditentukan Tuhan Allah menjadi tempat termulia bagi datangnya Raja Damai.

Jemaat yang kekasih dan diberkati Tuhan,
Judul khotbah kita adalah: Raja Yang Lahir di Palungan. Kata palungan dari kata Yunani “Phatne” “Phatne” yang menunjuk pada tempat makanan ternak. Orang Ibrani biasa memakai tempat ini bukan untuk manusia apalagi bayi, karena kotor dan berbau. Tapi ini penting karena menjadi sumber kehidupan yaitu tempat menaruh makanan. Seperti manusia, maka palungan adalah alat makan, sumber seseorang mendapatkan kehidupan dan kesehatan. Sehingga secara teologis, ketika Yesus Kristus lahir di palungan, maka palungan menjadi tempat dimana semua orang diundang untuk datang menikmati kehidupan yang disediakan oleh Yesus Kristus bagi semua orang yang mau menjawab panggilan Tuhan melayani dalam kehidupan bergereja maupun dalam pelayanan sekuler, yaitu sosial politik dalam masyarakat.

Natal adalah peristiwa kedatangan Sang Raja kehidupan melalui kesederhanaan tiada tara. Kelahiran Yesus Kristus di kandang menyatakan konsistensi Tuhan Allah dalam keberpihakan-Nya kepada manusia. Manusia yang sejatinya merupakan “Imago Dei” atau yang segambar dan serupa dengan Tuhan Allah, telah jatuh dalam dosa dan pemberontakan. Tetapi karena kasih-Nya yang ajaib dan luar biasa berkenan mengangkat kita dari kubangan dosa. Ia betul-betul mengosongkan diri-Nya agar dapat meraih kita kembali dari tempat yang “paling bawah”. Inilah wujud kerendahan hati Tuhan Allah demi menyelamatkan manusia dan semua ciptaan.

Dalam Zakharia 9:9 dikatakan: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Sementara kuda menjadi lambang “kekuatan”, keledai menjadi lambang “kerendahan hati”.

Saat ini kita sedang berada dalam hingar-bingar tahapan proses pemilihan para wakil rakyat atau anggota legislatif (Pileg) dari pusat sampai daerah. Puncaknya pada hari pemilihan Tanggal 14 Februari 2024. Saatnya kita merenungkan pula apa arti kekuasaan di tengah kehidupan gereja dan masyarakat. Sudahkah kekuasaan menjadi “alat” pelayanan kasih bagi terciptanya damai sejahtera di segala bidang kehidupan. Ketika kekuasaan kehilangan kerendahan hati dan kasih maka ia menjadi alat kekuatan untuk saling menjegal, bukan untuk berkompetisi dengan “sehat”. Tak heran masih dijumpai hoax, fitnah, kampanye hitam, di tengah berbagai bentuk kompetisi kehidupan, entah di politik, ekonomi dan lain sebagainya.

Dengan menghayati Yesus Kristus sebagai Raja yang lahir di palungan, kita merenungkan tentang Natal yang berlimpah makna. Natal yang membawa sukacita dan kebahagiaan. Sekaligus Natal yang membawa pengharapan akan kepastian hidup ke depan. Suatu kehidupan yang ditopang oleh semangat kerendahan hati untuk saling menghormati, saling mendengar, saling menghargai, saling mendorong untuk berbagai usaha bagi dunia yang lebih damai sejahtera. Ketika dunia makin terpecah oleh berbagai kepentingan, maka ada kehangatan palungan Natal yang membawa pesan persatuan dan persaudaraan. Ketika kegersangan hati dan batin melanda hidup yang sepi karena merasa terhina, direndahkan bahkan dikucilkan, maka palungan di kandang kota kecil Betlehem memberi semangat, bahwasanya engkau tidak sendiri. Akan selalu ada kasih penyertaan Yesus Kristus bagimu, siapa pun engkau, apa pun pergumulanmu. Dialah Raja atas kehidupanmu. Dia yang memegang kendali dan berkenan menyelamatkanmu. Marilah kita terus menebarkan berita Natal Yesus Kristus Raja kehidupan, berita tentang kesahajaan, kerendahan hati dan berita perdamaian. Dimulai dari palungan hati kita masingmasing, selanjutnya menjumpai sesama kita. Tidak semata jabat tangan atau sekedar salam, tapi mau berbuat, mau berpengapa, mau menjadi “kado Natal”. Pendeknya terus menjadi berkat bagi kehidupan ini. Selamat Natal!***

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler