Mengapa Banjir Kota Jakarta selalu terjadi?

- 6 Maret 2024, 06:30 WIB
Penulis: Agus Santoso Budiharso
Penulis: Agus Santoso Budiharso /Istimewa/

Perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan dan pencegahan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Ini mencakup investasi dalam perbaikan infrastruktur drainase, peningkatan sistem manajemen sampah, serta edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sistem drainase yang bersih dan berfungsi dengan baik. Dengan demikian, Jakarta dapat meminimalkan risiko banjir dan membangun kota yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem.

Pembangunan kota yang tidak terencana secara efektif, terutama melibatkan pemadatan tanah dan perubahan tata guna lahan, telah menjadi faktor utama dalam penurunan kemampuan lahan dalam menyerap air hujan di berbagai wilayah.

Fenomena ini dapat dicontohkan melalui pemberian izin pembangunan perumahan di daerah-daerah yang seharusnya menjadi recharge area, yakni daerah pengisian air tanah.

Recharge area merupakan wilayah yang berperan penting dalam menyuplai air tanah, namun, seringkali terabaikan dalam proses pembangunan kota.

Pertama-tama, daerah recharge sering kali didefinisikan sebagai lahan terbuka dengan tanah yang dapat menyerap air dengan baik. Namun, sering kali, pembangunan perumahan lebih cenderung diprioritaskan di atas lahan-lahan ini karena kebutuhan perumahan yang terus meningkat.

Dalam proses ini, alih fungsi lahan dari recharge area menjadi area terbangun menyebabkan tanah yang seharusnya dapat menyerap air hujan menjadi tertutup oleh bangunan dan material keras.

Ketidakseimbangan antara area terbangun dan lahan terbuka turut memperburuk situasi ini. Perubahan tata guna lahan yang tidak tepat dan pemadatan tanah dapat mengurangi permeabilitas tanah, sehingga air hujan tidak dapat meresap dengan efisien.

Selain itu, dengan peningkatan jumlah permukaan keras seperti aspal dan beton, air hujan cenderung mengalir permukaan, meningkatkan risiko genangan dan banjir.

Akibat dari perubahan tata guna lahan ini, lahan yang seharusnya berfungsi sebagai area penyerapan air dan penyuplai air tanah menjadi semakin tidak mampu melaksanakan fungsinya.

Penurunan kemampuan lahan untuk menyerap air hujan ini menciptakan ketidakseimbangan ekologis yang dapat merugikan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Halaman:

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x