Seniman Jamal Rahman Iroth Rilis Video Musikalisasi Puisi 'Kemerdekaan' Pekan Depan

- 4 Agustus 2023, 14:38 WIB
Seniman Jamal Rahman Iroth Rilis Video Musikalisasi Puisi Pekan Depan
Seniman Jamal Rahman Iroth Rilis Video Musikalisasi Puisi Pekan Depan /Istimewa/

MANADOKU.com – Setelah purna tugas dari KPU Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Jamal Rahman Iroth akan merilis musikalisasi puisi berbentuk video, dalam waktu dekat ini.

Jamal Rahman memang dikenal sebagai seorang seniman sastra yang telah melahirkan banyak karya, sebelum akhirnya dia menjadi komisioner KPU Boltim periode 2018-2023.

Karya-karya Jamal Rahman mencerminkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan isu-isu lingkungan hidup, termasuk menggambarkan dampak destruktif dari eksploitasi alam dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.

Yang menarik, musikalisasi puisi yang akan dirilis pekan depan akan sedikit berbeda, karena dibumbui dengan tema "kemerdekaan".

Baca Juga: Tahun Depan Maka Motors Produksi Motor Listrik di Indonesia

Video musikalisasi puisi bertema kemerdekaan ini merupakan hasil kolaborasi bersama seniman muda Rifki Sagay dan Maulana Tanpanama.

Berikut kami tampilkan secara utuh tiga buah karya puisi ditulis oleh Jamal Rahman Iroth bertema kemerdekaan, yang akan dirilis pekan depan.

MERDEKA ADALAH

tolong hari ini jangan tanya arti merdeka

jika kau maksud sekadar kibar bendera

jika warna sejarah setara selembar kain 

bisa kau pakai sebagai ikat kepala

sekaligus menyeka amis ketiak

 

coba tanya bagaimana perahu-perahu 

sudi melayari pagi

jika samudera telah kau racuni

jika teluk juga pantai sudah lama takluk

terperangkap senja muram

 

lalu dengan apa kau kabarkan damai

jika embun enggan membelai pohon-pohon

jika sejuk malam telah lama tinggalkan desa

menyisakan bekas lebam di sekujur jiwa

 

selebihnya dengan panji-panji dikibarkan itu

sanggupkah kita meringkus sesal dan kaku

sedang jalan-jalan takluk pada gerimis batu

 

sungguh merdeka adalah

jika kau leluasa menahan laju gelombang 

dan menawar asin laut

(Jamal Rahman Iroth)

Baca Juga: Purna Tugas dari KPU Boltim, Jamal Rahman Kembali ke Panggung Kesenian

MEDAN PERANG KITA

medan perang kita adalah semesta virtual

penuh ranjau tak terlihat

muslihat musuh sering lebih bius dari 

tuntunan kebaikan firman Tuhan

 

inilah medan perang kita, di sana

tiap hari bahkan tiap detik terjadi pertempuran

yah, pertempuran mematikan nilai-nilai kemanusiaan

bukan dengan pedang, tombak dan panah

musuh kita dari segala arah

wujudnya lebih menakutkan dari bala tentara bersenjata

 

ini zaman instan menawarkan kesuksesan tanpa perlu berdoa, bahkan jalan keselamatan

seolah tidak lagi melintasi pergumulan panjang

 

persembahan paling berharga 

waktu dan sukacita telah kita berikan 

ditukar keseruan bercengkrama dengan gawai sambil melahap info-info branding, serta beragam perniagaan 

 

para bocah, remaja, pemuda, bahkan orang tua semakin jarang menyelami lautan makna kitab-kitab samawi

dengan khusyuk dan penuh khidmat

memang masih terdengar masmur dan puji-pujian 

kalam ilahi bergema terutama menjelang hari raya atau hari beribadah

namun maknanya tak merasuk dalam jiwa

 

nukilan hikmah dalam Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur'an cukup terpatri di altar dan mihrab

bukti bahwa kita telah 

kehilangan embun pagi dan hening malam 

kehilangan momentum untuk tafakur 

dan mengucap syukur

 

kidung mulia mimbar-mimbar rohani 

terdengar seolah tidak lebih merdu dari penggalan-penggalan nada tik-tok

riuh suara mobile legends, pubg, counter strike, overwatch, dan ribuan judul game online

inilah medan perang kita

(Jamal Rahman Iroth)

 

HARI INI SELAYAKNYA KITA 

terseok kususuri jejak usiamu 

memasuki sepuluh windu

sedang jiwa sendu

 

hari ini seyogyanya kita membaca

risalah ribuan pertempuran para patriot bangsa

melawan penjajah dan merebut kedaulatan 

namun kisah-kisah heroisme itu tenggelam hiruk-pikuk kontroversi wacana pandemi

ini benar tragedi atau konspirasi

 

hari ini mestinya kita bahagia menyaksikan prestasi generasi muda 

namun senyum mereka tertutup masker kekhawatiran

 

hari ini seharusnya kita sedang memaknai

kemerdekaan dan mengisinya dengan 

segenap inovasi

namun pembatasan dan penyekatan memerangkap langkah-langkah optimisme

 

hari ini selayaknya kita sejahtera

menikmati kompensasi dari cukai

retribusi 

beserta segala kutipan sudah kita tunai

namun sayangnya ...,

(Jamal Rahman Iroth, 2021)

***

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini