Perayaan Megengan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Menyambut Bulan Suci Ramadhan

- 12 Maret 2023, 08:36 WIB
Tradisi Megengan menyambut bulan Ramadhan
Tradisi Megengan menyambut bulan Ramadhan /Tangkap layar/YouTube Channel Wolu Pitu Channel

MANADO, Pikiran Rakyat - Sebelum memasuki Bulan suci Ramadhan, ada beberapa hal yang dipersiapkan masyarakat muslim di seluruh dunia.

Kegiatan masyarakat muslim menjelang Bulan Ramadhan seperti membersihkan rumah, peralatan untuk ibadah, membersihkan Masjid dan lain-lain, serta tidak lupa membersihkan diri, baik secara jasmani maupun rohani.

Selain kegiatan di atas, beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi unik tersendiri dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan, salah satunya masyarakat di daerah Jawa yang diberi nama Megengan.

Baca Juga: 6 Tradisi Unik Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Berbagai Negara

Megengan adalah tradisi masyarakat Jawa yang pada umumnya terdapat di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur dalam menyambut bulan Ramadhan.

Kata Megengan berasal dari bahasa Jawa yang artinya menahan atau ngempet. Tradisi ini sering juga disebut sebagai ritual Mapag atau menjemput awal bulan Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga, makan bersama, hingga membaca dzikir dan tahlil untuk arwah keluarga yang telah wafat.

Tujuan dilakukannya tradisi ini adalah sebagai tanda rasa syukur karena masih dipertemukan dengan Bulan Suci Ramadhan.

Sebagai wujud rasa syukur tersebut, masyarakat Jawa membuat beberapa makanan khas untuk dibagikan kepada keluarga, kerabat serta orang-orang di sekelilingnya.

Salah satu makanan khas yang wajib ada dalam perayaan Megengan adalah kue Apem yang memiliki makna tersendiri, yang berkaitan dengan tradisi Megengan.

Dilansir dari unggahan video Kanal YouTube Wolu Pitu Channel, dijelaskan bahwa kata Apem berasal dari bahasa Arab yaitu Afwan yang berarti Maaf.

Kue Apem
Kue Apem YouTube Channel Wolu Pitu Channel

Dari pemaknaan tersebut, budaya Megengan digunakan sebagai ajang silaturahmi dengan membagikan Kue Apem sebagai simbol permintaan maaf sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Sejarah tradisi Megengan ini merupakan hasil akulturasi budaya lokal dan budaya islam, dimana pada zaman kejayaan majapahit dulu juga dilakukan tradisi serupa yaitu Ruahan.

Tradisi Ruahan berkaitan dengan bulan Ruah atau bulan Sya’ban. Istilah Ruah dimaknai sebagai Roh atau arwah para leluhur dan nenek moyang.

Dan ketika Islam mulai berkembang di tanah Jawa, salah satu jalan dakwah yang dipakai adalah pendekatan budaya lokal.

Kemudian diyakini bahwa Sunan Kalijaga lah yang pertama kali memperkenalkan tradisi Megengan, yang merubah budaya lokal yaitu Ruahan dengan budaya agama Islam.***

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini