'Tuappaka Sisarikbattang', Cerita Rakyat Makassar yang Kaya Makna dan Inspiratif

- 8 Februari 2023, 23:10 WIB
Ilustrasi cerita rakyat Makassar 'Tuappaka Sisarikbattang'
Ilustrasi cerita rakyat Makassar 'Tuappaka Sisarikbattang' /Vox Timor/Emanuel Bataona

MANADOKU, Pikiran Rakyat - Indonesia memiliki cerita rakyat yang cukup beragam dan mengandung makna kebaikan yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk di Makassar.

Cerita rakyat adalah gambaran masyarakat masa lalu yang berkaitan dengan watak atau karakter keyakinan, maupun hal-hal yang disenangi dan tidak disenangi.

Banyak cerita rakyat yang dipercaya masyarakat pernah terjadi di wilayah Makassar, namun hanya beberapa saja yang selalu diingat.

Salah satu cerita rakyat yang paling terkenal dan banyak diingat masyarakat Makassar adalah kisah "Tuappaka Sisarikbattang" yang artinya orang yang empat bersaudara.

Baca Juga: Sekilas tentang Aksara Lontara Sulawesi Selatan, Sejarah hingga Cara Bacanya

Berikut ringkasan cerita yang disertai maknanya, sebagaimana dikutip dari karya ilmiah berjudul "Cerita Rakyat Makassar Tuappaka Sisarikbattang: Suatu Tinjauan Aspek Nilai" yang ditulis Salmah Djirong dan telah diterbitkan di Sawerigading Volume 15, Nomor 2, Agustus 2009.

Ringkasan Cerita

Pada zaman dulu, ada seorang kaya di Bagdad yang mempunyai empat orang anak. Setelah beranjak dewasa, mereka disuruh orang tua untuk pergi menuntut ilmu dan diiyakan.

Tapi sebelum pergi, mereka mengadakan perjanjian di suatu tempat. Mereka berjanji bahwa setelah setahun lamanya menuntut ilmu, mereka harus kembali ke tempat itu lagi untuk membicarakan ilmu yang diperoleh oleh masing-masing. 

Mereka pun akhirnya berpisah. Ada yang ke timur, ada yang ke barat, ada yang menuju utara, dan ada yang menuju selatan. Mereka bersungguh-sungguh mencari ilmu.

Setelah setahun lamanya, mereka pun sudah memperoleh ilmunya masing-masing, dan kembali ke tempat tadi sesuai perjanjian.

Setelah berkumpul, anak sulung bertanya kepada adik-adiknya tentang ilmu yang diperolehnya. Si bungsu memperoleh keahlian menyatukan sesuatu yang pecah.

Anak kedua ahli menanak, yang ketiga ahli mengambil barang dan tidak diketahui pemiliknya, sedangkan si sulung ahli ramal atau dapat mengetahui tempat sesuatu yang disembunyikan.

Setelah itu, mereka pun secara bersama-sama melaporkan ilmu yang diperolehnya masing-masing kepada orang tuanya (bapaknya).

Setelah mendengarkan ilmu yang didapatkan oleh anak-anaknya, sang bapak mengatakan bahwa walaupun sudah mempunyai keahlian masing-masing, ilmu baru akan bermanfaat kalau mereka bekerja sama (gotong royong, seiya sekata).

Beberapa waktu kemudian, pada suatu hari tersiarlah berita bahwa putri raja dicuri oleh seekor garuda di tempat permandiannya. Maka raja itu pun berkata: "Barang siapa yang dapat membawakan kepada saya Tuan Putri, maka dialah yang memperistrikan."

Setelah mendengarkan kabar tersebut, empat orang bersaudara itu pergi menemui raja untuk menjelaskan maksudnya.

Mereka menyatakan: "Tuan Putri disembunyikan oleh garuda itu di atas gunung yang tinggi di suatu pulau. Oleh karena itu kami minta supaya diberi kapal untuk menjemput Tuan Putri."

Mendengar hal itu, raja pun mengiyakan dan menyediakan kapal besar lengkap dengan anak buahnya. Pergilah Tuappako Sisarikbattang ke pulau itu.

Setelah sampai di situ, maka yang sulung berkata kepada yang kedua: "Naiklah engkau mengambil Tuan Putri karena garuda itu sementara tidur."

Setelah anak kedua sampai ke tempat itu, tuan putri langsung mengikutinya karena mengetahui bahwa dialah yang akan dijemput. Maka dibawalah Tuan Putri ke kapal.

Setelah kapal berlayar, garuda terbangun dan melihat Tuan Putri sudah tidak ada. Garuda itu melihat ke kiri dan ke kanan dan dilihatnya ada kapal yang sedang berlayar, dan langsung menyusulnya karena mengira kapal itulah yang memuat Tuan Putri.

Setelah garuda itu berada di atas kapal, semua penumpangnya menjadi takut. Maka orang yang ketiga (dekat yang sulung) itu pun langsung memanah dan membuat garuda itu jatuh mengenai kapal sehingga membuatnya pecah.

Berkatalah yang bungsu "utuhlah kembali". Maka kapal itu pun utuh kembali dan berlayarlah seperti biasa.

Setelah sampai di tempat raja, Tuan Putri diantar ke hadapan raja. Raja pun berkata: "Saya akan membuktikan janji yang telah saya katakan, tetapi yang menjadi masalah ialah karena kamu empat orang".

Maka kata Tuapaka Sisarikbattang: "Mana yang berkenan di hati raja, itulah kami terima". Raja pun berkata: "Kalau begitu kita harus menghargai yang tertua, maka sebaiknya yang tertua memperistrikan Tuan Putri." Maka demikianlah. Adapun saudaranya yang lain diberi jabatan masing-masing.

Kandungan Makna

Salmah Djirong berpendapat bahwa peristiwa yang digambarkan dalam cerita ini adalah keberhasilan Tuappaka Sisarikbattang untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik.

Selain itu, keberhasilan tersebut tercapai secara gemilang berkat kepatuhan mereka menjalankan pesan orang tuanya. Artinya bahwa taat dan patuh kepada orang tua pasti mendatangkan berkah di dalam kehidupan.

Adapun amanat yang dapat diangkat dari peristiwa itu adalah wasiat orang tua harus dipatuhi. Kerja keras, tekun, jujur, dan berilmu harus dilandasi watak dan kepribadian seseorang jika ingin sukses.

Sedangkan pesan yang disampaikan di dalamnya antara lain bahwa kesuksesan tidak akan datang begitu saja. Ia memerlukan ilmu pengetahuan, pengorbanan, perjuangan, ketekunan, dan sebagainya.***

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini