Danau Tondano dan Legenda yang Melekat di Masyarakat Setempat

25 Februari 2023, 14:07 WIB
Panorama alam Danau Tondano /Tangkapan layar Instagram/@arnaldo_dev

MANADOKU, Pikiran Rakyat - Salah satu destinasi wisata di Sulawesi Utara adalah Danau Tondano, yang belakangan ini mendapatkan sorotan karena daya tumbuh eceng gondok yang lumayan tinggi.

Danau ini terletak di daerah Tondano dan diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masarang.

Danau Tondano sebenarnya memiliki panorama yang indah, seperti yang pernah digambarkan Johann Friedrich Riedel, Zendeling dalam bukunya, ein Lebensbild aus der Minahassa auf Celebes.

Baca Juga: Legenda Gunung Manado Tua yang Kini Jadi Destinasi Wisata Baru Sulawesi Utara

Makanya, banyak yang mengatakan bahwa mengunjungi Sulawesi Utara khususnya Tondano tak terasa lengkap jika belum menyaksikan keindahan Danau Tondano.

Namun kali ini, MANADOKU tidak akan membahas keindahan panorama alam, melainkan legenda yang melekat di masyarakat setempat terkait awal mula terbentuknya.

Marimbouw dan Maharimbouw: Antara Janji dan Cinta

Masyarakat setempat percaya, Danau Tondano terbentuk karena legenda pelanggaran janji oleh dua insan yang saling mencintai namun tak mendapatkan restu orang tuanya.

Dahulu kala, terdapat sebuah gunung tinggi di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, yang memisahkan masyarakat menjadi dua bagian, yakni Utara dan Selatan. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang tonaas atau pemimpin tonaas.

Pemimpin tonaas di Selatan memiliki anak laki-laki gagah dan tampan yang diberi nama Maharimbouw, sedangkan yang di Utara beranak perempuan yang sangat cantik bernama Marimbouw.

Putra dan putri tersebut tidak saling mengenal satu sama lain, sebab tempat tinggal orang tua mereka yang berjauhan dan harus melewati perbatasan yang sudah disepakati oleh tonaas di Utara dan Selatan.

Seiring waktu berlalu, Marimbouw dan Maharimbouw tumbuh menjadi perempuan dan laki-laki dewasa dan tiba waktunya untuk meneruskan kepemimpinan.

Sebagai seorang laki-laki, Maharimbouw tentu memiliki kemudahan untuk bisa berlatih ilmu beladiri dan bebas pergi kemanapun tanpa perlu menghawatirkan keamanannya.

Baca Juga: Inilah Puluhan Istilah Adat Gorontalo Beserta Artinya, Yuk Belajar Bersama

Hal ini berbeda dengan Marimbouw. Sebagai seorang perempuan yang cantik jelita banyak pemuda yang ingin menjadikannya calon istri mereka.

Rumah tonaas di Utara pun sering menerima kedatangan tamu laki-laki yang berniat untuk melamar Marimbouw, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa leluasa belajar beladiri atau berburu di hutan meskipun putri dari seorang tonaas.

Akhirnya, Marimbouw mengucapkan sumpah di hadapan ayah dan ibunya untuk tidak menikah terlebih dahulu sebelum siap menggantikan posisi ayahnya sebagai tonaas.

Sumpah itu pun sempat dilarang ayahnya karena takut jangan sampai Marimbouw lupa dengan sumpah itu. Tapi larangan itu justru menyatakan akan menerima semua risikonya. Dia juga berjanji untuk mengubah penampilan agar terlihat selayaknya seorang laki-laki.

Mulai hari itu, Marimbouw mengubah total penampilannya. Dia berpakaian layaknya seorang laki-laki, dan dengan bebas mempelajari ilmu beladiri dan berburu di hutan.

Selain penampilan, Marimbouw juga menjaga dirinya dari pemuda daerah lain yang bisa saja menyukai dirinya.

Suatu hari, Marimbouw pergi berburu di hutan seorang diri. Terlalu sibuk mencari hewan buruan, dia tidak sadar telah berjalan terlalu jauh. Gadis itu ternyata telah sampai di daerah perbatasan dan memasuki wilayah Selatan dalam dan seorang diri mencari jalan keluar ke wilayah Utara.

Marimbouw juga tidak sadar tengah diincar penjaga perbatasan. Dia ditangkap oleh Maharimbouw yang tengah berjaga di daerah perbatasan.

Laki-laki itu mengira Marimbouw adalah mata-mata yang dikirim dari daerah Utara, sehingga menginterogasinya lebih dalam dan akan menjadikannya tawanan untuk diperhadapkan dengan tonaas Selatan.

Marimbouw tetap menolak. Dia pun mendapat perlakuan keras dari Maharimbouw dan terjadilah pertarungan antara keduanya.

Dalam pertarungan itu Marimbouw berusaha mengelak serangan Maharimbouw. Akan tetapi usahanya ternyata malah membuka kedoknya sebagai wanita, karena rambut hitamnya yang panjang tiba-tiba terurai setelah tutup kepalanya terlepas.

Melihat lawannya berubah penampilannya, Maharimbouw pun langsung menghentikan serangannya. Dia tidak menyangka lawannya adalah seorang wanita cantik.

Maharimbouw memandang gadis cantik yang berusaha merapikan rambutnya itu. Hatinya berdegup kencang dan matanya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Marimbouw.

Merasa penasaran dan bersalah telah melawan seorang wanita, Maharimbouw pun meminta maaf, dan mempersilakan Marimbouw untuk kembali ke daerahnya.

Tapi sebelum itu, perkenalan pun terjadi di antara keduanya, dan berjanji untuk bertemu lagi di tempat beberapa hari lagi.

Sejak peristiwa itu, sepasang muda-mudi itu kerap kali berjumpa di perbatasan wilayah Utara dan Selatan, dan lambat laun hubungan mereka semakin dekat.

Maharimbouw yang memang sudah tertarik pada Marimbouw sejak pandangan pertama akhirnya memutuskan untuk menikahinya.

Awalnya, keinginan Maharimbouw mendapat penolakan dari Marimbouw dengan alasan janji yang sudah diucapkan.

Namun pemuda itu tidak putus asa. Setiap kali bertemu, Maharimbouw selalu menyampaikan keinginannya untuk menikah. Dia terus-menerus membujuk supaya Marimbouw menerima lamarannya.

Hingga akhirnya, pada pertemuan yang kesekian kalinya, Marimbouw pun luluh hatinya dan mengiyakan ajakan menikah dari Maharimbouw dengan catatan akan menyampaikan niat pernikahannya pada kedua orang tuanya terlebih dahulu.

Sayang, kedua orang tua Marimbouw tidak mengizinkan mereka menikah. Dalam kebimbangan, Marimbouw kembali menemui Maharimbouw untuk membicarakan rencana pernikahan mereka yang tidak direstui oleh orang tuanya.

Namun di luar dugaan, keduanya bersepakat tetap melanjutkan rencana pernikahan mereka. Karena rumah mereka yang berjauhan, pasangan itu melakukan pernikahan secara diam-diam tanpa dihadiri oleh kedua orang tua di sebuah desa yang jauh dari rumah masing-masing.

Setelah keduanya menikah, Gunung Kaweyang yang menjelang tinggi tiba-tiba menyemburkan lahar panas. Bukan hanya itu saja, terjadi gempa bumi dahsyat yang menyebabkan batu-batuan di tebing berjatuhan. Rumah-rumah di wilayah Utara dan Selatan pun hancur porak-poranda.

Bencana belum berhenti, tiba-tiba datanglah air bah yang entah dari mana datangnya menerjang desa-desa di sekitar gunung tinggi. Banyak manusia dan hewan yang tenggelam akibat air bah tersebut.

Bencana Itu dipercaya akibat Marimbouw yang melanggar sumpahnya sendiri. Daerah yang telah terendam air bah tersebut sekarang berubah menjadi danau besar yang diberi nama Danau Tondano.***

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler