Khotbah GMIM Hari Natal I 2023, Raja Yang Lahir di Palungan – Lukas: 2: 1-7

- 24 Desember 2023, 17:00 WIB
Logo GMIM.
Logo GMIM. /gmim.or.id/

Di sini Yusuf tidak hanya mendaftarkan dirinya sendiri tetapi juga Maria tunangannya. Hal ini sebagai wujud kesetiaannya, sebagaimana terbukti ketika Maria harus bersalin dan Yusuf berusaha melakukan yang terbaik di tengah keadaan yang sulit. Awalnya mereka mencari rumah penginapan namun tidak ada lagi kamar kosong. Sementara waktu persalinan sudah tiba. Mariapun melahirkan anak lelakinya yang sulung. Dimana? Diceritakan Maria membungkus anaknya dengan lampin atau sehelai kain panjang, meletakkannya di sebuah palungan berisi jerami. Kita pun tahu, tempatnya persalinan adalah sebuah kandang. Sebuah kandang untuk berlindung dari dinginnya malam. Tempat yang sangat bersahaja untuk berbaring bagi sang Bayi mungil di malam lahir-Nya. Tempat yang ditentukan Tuhan Allah menjadi tempat termulia bagi datangnya Raja Damai.

Jemaat yang kekasih dan diberkati Tuhan,
Judul khotbah kita adalah: Raja Yang Lahir di Palungan. Kata palungan dari kata Yunani “Phatne” “Phatne” yang menunjuk pada tempat makanan ternak. Orang Ibrani biasa memakai tempat ini bukan untuk manusia apalagi bayi, karena kotor dan berbau. Tapi ini penting karena menjadi sumber kehidupan yaitu tempat menaruh makanan. Seperti manusia, maka palungan adalah alat makan, sumber seseorang mendapatkan kehidupan dan kesehatan. Sehingga secara teologis, ketika Yesus Kristus lahir di palungan, maka palungan menjadi tempat dimana semua orang diundang untuk datang menikmati kehidupan yang disediakan oleh Yesus Kristus bagi semua orang yang mau menjawab panggilan Tuhan melayani dalam kehidupan bergereja maupun dalam pelayanan sekuler, yaitu sosial politik dalam masyarakat.

Natal adalah peristiwa kedatangan Sang Raja kehidupan melalui kesederhanaan tiada tara. Kelahiran Yesus Kristus di kandang menyatakan konsistensi Tuhan Allah dalam keberpihakan-Nya kepada manusia. Manusia yang sejatinya merupakan “Imago Dei” atau yang segambar dan serupa dengan Tuhan Allah, telah jatuh dalam dosa dan pemberontakan. Tetapi karena kasih-Nya yang ajaib dan luar biasa berkenan mengangkat kita dari kubangan dosa. Ia betul-betul mengosongkan diri-Nya agar dapat meraih kita kembali dari tempat yang “paling bawah”. Inilah wujud kerendahan hati Tuhan Allah demi menyelamatkan manusia dan semua ciptaan.

Dalam Zakharia 9:9 dikatakan: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Sementara kuda menjadi lambang “kekuatan”, keledai menjadi lambang “kerendahan hati”.

Saat ini kita sedang berada dalam hingar-bingar tahapan proses pemilihan para wakil rakyat atau anggota legislatif (Pileg) dari pusat sampai daerah. Puncaknya pada hari pemilihan Tanggal 14 Februari 2024. Saatnya kita merenungkan pula apa arti kekuasaan di tengah kehidupan gereja dan masyarakat. Sudahkah kekuasaan menjadi “alat” pelayanan kasih bagi terciptanya damai sejahtera di segala bidang kehidupan. Ketika kekuasaan kehilangan kerendahan hati dan kasih maka ia menjadi alat kekuatan untuk saling menjegal, bukan untuk berkompetisi dengan “sehat”. Tak heran masih dijumpai hoax, fitnah, kampanye hitam, di tengah berbagai bentuk kompetisi kehidupan, entah di politik, ekonomi dan lain sebagainya.

Dengan menghayati Yesus Kristus sebagai Raja yang lahir di palungan, kita merenungkan tentang Natal yang berlimpah makna. Natal yang membawa sukacita dan kebahagiaan. Sekaligus Natal yang membawa pengharapan akan kepastian hidup ke depan. Suatu kehidupan yang ditopang oleh semangat kerendahan hati untuk saling menghormati, saling mendengar, saling menghargai, saling mendorong untuk berbagai usaha bagi dunia yang lebih damai sejahtera. Ketika dunia makin terpecah oleh berbagai kepentingan, maka ada kehangatan palungan Natal yang membawa pesan persatuan dan persaudaraan. Ketika kegersangan hati dan batin melanda hidup yang sepi karena merasa terhina, direndahkan bahkan dikucilkan, maka palungan di kandang kota kecil Betlehem memberi semangat, bahwasanya engkau tidak sendiri. Akan selalu ada kasih penyertaan Yesus Kristus bagimu, siapa pun engkau, apa pun pergumulanmu. Dialah Raja atas kehidupanmu. Dia yang memegang kendali dan berkenan menyelamatkanmu. Marilah kita terus menebarkan berita Natal Yesus Kristus Raja kehidupan, berita tentang kesahajaan, kerendahan hati dan berita perdamaian. Dimulai dari palungan hati kita masingmasing, selanjutnya menjumpai sesama kita. Tidak semata jabat tangan atau sekedar salam, tapi mau berbuat, mau berpengapa, mau menjadi “kado Natal”. Pendeknya terus menjadi berkat bagi kehidupan ini. Selamat Natal!***

Halaman:

Editor: Sahril Kadir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x