Hal ini mungkin mengacu pada keindahan alam dan panorama Sungai Mahakam yang membelah kota ini.
Selain itu, ada pula versi lain yang mengatakan bahwa nama "Samarinda" berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "Sama" yang berarti "sama" dan "Rinda" yang berarti "indah".
Jadi, secara harfiah, "Samarinda" bisa diartikan sebagai "kesamaan yang indah" atau "keindahan yang seragam".
Perkembangan Kota Samarinda
Seiring berjalannya waktu, Kota Samarinda terus berkembang sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan di Kalimantan Timur.
Pada tahun 1942, selama pendudukan Jepang di Indonesia, Samarinda mengalami banyak perubahan termasuk dalam infrastruktur dan tata kota.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Samarinda terus mengalami pertumbuhan ekonomi dan perkembangan infrastruktur yang signifikan.
Pada tahun 1955, Samarinda resmi menjadi ibu kota Kabupaten Samarinda. Kemudian, pada tahun 1967, statusnya ditingkatkan menjadi Kota Administratif sebelum akhirnya menjadi Kota Samarinda yang berdiri sendiri pada tahun 1970.
Sejak saat itu, Samarinda terus mengalami pertumbuhan pesat dalam berbagai sektor termasuk industri, perdagangan, pendidikan, dan pariwisata.
Keberagaman Suku
Di kota Samarinda banyak suku yang mendiami tanah etam ini, baik dari suku asli, maupun pendatang di antaranya adalah:
Suku Dayak
Suku Dayak merupakan salah satu suku pribumi yang mendiami Kalimantan Timur, termasuk Kota Samarinda. Mereka memiliki tradisi yang kaya dalam seni, musik, dan upacara adat.