Asal Usul Nama 30 Kampung di Manado, Dari Wenang Hingga Bunaken

25 Mei 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi Asal Usul Nama 30 Kampung di Manado, Dari Wenang Hingga Bailang /Tangkap layar/Instagram @pesona.manado

MANADOKU.COM - Menelusuri asal usul nama-nama kampung di Manado adalah perjalanan yang penuh dengan sejarah dan budaya.

Mulai dari Kampung Wenang yang legendaris hingga Bunaken yang eksotis, setiap nama kampung di Manado menyimpan cerita unik dan nilai budaya yang kaya.

Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana setiap kampung mendapatkan namanya, lengkap dengan kisah-kisah menarik yang melekat di dalamnya.

Temukan keunikan dan sejarah di balik nama-nama kampung di Manado yang mungkin belum banyak diketahui.

Baca Juga: Asal Usul Nama Pulau Mahangsumangi di Sangihe, Lengkap dengan Artinya

Berikut ini adalah asal usul nama 30 kampung di Manado yang menarik untuk diketahui.

1. Wenang

Nama "Wenang" berasal dari kata dalam bahasa Minahasa yang merujuk pada pohon endemik bernama *Macaranga Hispida*.

Dalam sub etnis Bantik, pohon ini disebut "benang".

Wenang kini menjadi nama salah satu kecamatan yang terdiri dari 12 kelurahan, seperti Bumi Beringin, Teling Bawah, Tikala Kumaraka, Mahakeret Barat, dan lainnya.

2. Winangun

Kata "Winangun" berasal dari bahasa Tombulu "wangun", yang berarti diperindah atau negeri yang baru dibangun.

Winangun terbentuk dari penggabungan dua wilayah atas inisiatif tokoh masyarakat dari Paal III dan Paal IV pada tahun 1965.

Saat ini, Winangun adalah salah satu kelurahan di kecamatan Malalayang.

3. Teling

Nama "Teling" diambil dari kata dalam bahasa Tombulu yang berarti buluh atau bambu.

Dahulu, jalan dari desa Koka hingga SMPN 7, SMAN 2, dan SMAN 7 Manado banyak ditumbuhi pohon bambu.

4. Mahakeret

"Mahakeret" berasal dari kata dalam bahasa Tombulu dan Tolour yang berarti memanggil dengan berteriak.

5. Kleak

"Kleak" adalah sejenis burung kakaktua berwarna biru dan pemakan jagung.

Dalam bahasa Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan, burung ini disebut "kleak".

Dahulu, kelurahan Kleak adalah daerah hutan yang dihuni banyak burung kleak.

6. Pondol

"Pondol" berasal dari bahasa Tombulu, Sangihe, dan Bantik yang berarti ujung kampung.

Dalam bahasa Sangihe, pondolre memiliki arti tambahan sebagai ujung kampung secara luas.

7. Komo

Nama "Komo" berasal dari kata dalam bahasa Tombulu yang berarti ikan teri atau ikan kecil.

Etnis Bantik menyebutnya "ko’mo’", yang berarti udang kecil.

Dahulu, masyarakat sering menangkap ikan kecil atau udang kecil di sungai Tondano yang melintasi wilayah ini.

8. Pinaesaan

"Pinaesaan" berasal dari kata dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan yang berarti persatuan.

9. Kayuwatu

Nama "Kayuwatu" berasal dari kata dalam bahasa Tonsea "kayu" dan "watu", serta bahasa Tombulu "kai" dan "watu", yang berarti jenis pohon bernama ilmiah *Homalium Foetidum Benth*.

Dalam bahasa Tombulu, daerah ini disebut "Kaiwatu", yang kini diubah menjadi Kairagi Dua di kecamatan Mapanget.

10. Bengkol

Nama "Bengkol" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "beng’kolro’", yang berarti bengkok.

Sesuai dengan namanya, kelurahan Bengkol terletak di aliran sungai Paniki yang berlekuk atau bengkok.

11. Buha

Nama "Buha" berasal dari kata dalam bahasa Bantik dan Sangihe yang berarti gosok.

Dahulu, di daerah ini terdapat tempat pemandian umum yang sering digunakan oleh masyarakat untuk menggosok tubuh saat mandi.

12. Ranotana

Nama "Ranotana" berasal dari kata dalam bahasa Toulour, Tombulu, dan Tontemboan "rano" yang berarti air, dan "tana" yang berarti tanah. Jadi, Ranotana berarti air tanah.

13. Ranotana Weru

Nama "Ranotana Weru" berasal dari kata dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan "weru" yang berarti baru.

Jadi, Ranotana Weru berarti air tanah baru atau Ranotana Baru.

14. Pandu

Nama "Pandu" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "pan’du", yang berarti menyerbu secara serempak. Pandu merupakan pemekaran dari kelurahan Bengkol.

15. Tongkaina

Nama "Tongkaina" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe "tongka kina", yang berarti bakar ikan.

Dahulu, daerah ini merupakan tempat para nelayan untuk membakar ikan sebelum pulang atau menjual ikan di pasar.

16. Tuna

Nama "Tuna" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "tuna’", yang berarti kubangan.

Dahulu, daerah ini adalah tempat babi hutan berkubang.

17. Bahu

Nama "Bahu" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe dan Bantik yang berarti pohon yang umumnya tumbuh di pesisir pantai.

Pohon bahu termasuk dalam famili Malvaceae dengan nama ilmiah Hibiscus tiliaceus L.

18. Kombos

Nama "Kombos" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "kom’boso’", yang berarti rumput macang.

Tanaman ini banyak tumbuh di daerah yang sekarang bernama Kombos.

19. Perkamil

Nama "Perkamil" merupakan singkatan dari Perkampungan Militer.

Nama ini dipopulerkan oleh masyarakat karena keberadaan pemukiman militer di wilayah ini.

20. Lawangirung

Nama "Lawangirung" berasal dari kata dalam bahasa Tonsea, Tombulu, dan Tontemboan "ngirung", yang berarti hidung.

Dahulu, wilayah ini dihuni oleh seseorang dengan hidung bengkok dan pesek.

21. Kampung Kodo

Nama "Kampung Kodo" berasal dari kata dalam bahasa Manado "kodo", yang berarti katak. Dahulu, di daerah ini banyak terdapat katak.

22. Meras

Nama "Meras" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "Mahasa", yang berarti batuan yang telah mengalami pengikisan. Di daerah ini banyak ditemukan sisa batu-batuan hasil pengikisan.

23. Molas

Nama "Molas" berasal dari kata "molrasa", yang merupakan nama sebuah pemukiman yang didirikan oleh salah seorang pemimpin sub etnis Bantik bernama Bo’lrasa.

24. Wanea

Nama "Wanea" berasal dari kata dalam bahasa Toulour, Tombulu, dan Tonsea "wanua", yang berarti kampung atau negeri.

Wanea kini menjadi salah satu kecamatan di Manado yang terdiri dari 9 kelurahan.

25. Tumumpa

Nama "Tumumpa" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe "tumumpa", yang berarti turun dari perahu sambil melompat.

Dalam bahasa Bantik, "Tumumpa" berarti mendarat atau berlabuh dengan perahu.

26. Malalayang

Nama "Malalayang" berasal dari kata dalam bahasa Bantik "melayang-layang", yang menggambarkan nyanyian orang Bantik yang merdu seperti melayang-layang.

Malalayang adalah salah satu kecamatan di Manado yang terdiri dari 8 kelurahan.

27. Bitung Karangria

Nama "Bitung Karangria" diambil dari pohon bitung (Barringtonia asiatica) dan batu karang, sesuai dengan banyaknya pohon bitung dan batu karang di daerah ini.

28. Bunaken

Nama "Bunaken" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe "wunakeng", yang berarti tempat tiba dan mendaratkan perahu di pantai. Bunaken adalah nama salah satu kecamatan yang terdiri dari 5 kelurahan.

29. Siladen

Nama "Siladen" berasal dari kata dalam bahasa Sangihe "peniladen", yang berarti tempat sandaran perahu di tepi pantai.

30. Pakowa

Nama "Pakowa" berasal dari kata dalam bahasa Tombulu "pakewa", yang merupakan nama pohon dari famili Rubiaceae dengan nama ilmiah "Tricalysia Minahassae Comb. Nov".

Setiap nama kampung di Manado memiliki kisah dan sejarahnya sendiri yang menambah kekayaan budaya dan warisan kota ini.***

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler