Pemantauan Penyakit Menular dan GIS sebuah Aplikasi untuk Manajemen Darurat

22 Maret 2023, 10:45 WIB
Oleh Drs. Agus Santoso Budiharso, B.Sc., M.Sc. /Istimewa/

DALAM buku berjudul “GIS in Hospital and Healthcare Emergency Management” yang diedit oleh Ric Skinner tahun 2010 pada bab 4 nya yang merupakan kontribusi dari Michael Olesen, tentang pemantauan penyakit menular dan GIS sebuah aplikasi untuk manajemen darurat, disebutkan bahwa menurut beberapa penulis yang jadi acu disebutkan bahwa Sistem Informasi Geografis (GIS) telah digunakan dalam pemantauan penyakit menular dan pengelolaan selama bertahun-tahun, namun masih kurang dimanfaatkan untuk tujuan ini.

Penggunaan GIS pada umumnya masih dipusatkan pada lingkungan yang besar dengan berpusat pada kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan, utamanya pada penyakit zoonosis dengan areal setingkat kabupaten ataupun provinsi. 

Pencemaran lingkungan menimbulkan bahaya paparan dan penggunaan GIS dapat meningkatkan pemahaman tentang peranannya terhadap kesehatan dengan menyediakan informasi yang memungkinkan manfaat, seperti analisis data, penghasilan hipotesis, analisis data konfirmatori, dan pengambilan keputusan.

Baca Juga: Mitigasi Bencana di Kota Manado dengan Mengenali Perubahan Bentang Alam-Bentuk Lahan

Kebutuhan data GIS untuk kesehatan menjadi sangat gamblang setelah bencana pembangkit listrik nuklir Chernobyl 1986 di Uni Soviet untuk assesmen nilai emisi pada kualitas udara. Kebutuhan data GIS juga digunakan untuk menilai sebaran penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya. 

Bioterorisme menimbulkan ancaman tambahan di mana penggunaan GIS akan memberikan manfaat untuk menghubungkan data spasial dengan penyakit manusia. Salah satu contohnya adalah penyebaran spora antraks melalui fasilitas U.S. Postal Service (USPS) pada September 2001. 

GIS dapat berperan penting dalam mengidentifikasi area yang mungkin paling terkontaminasi dan memungkinkan upaya dekontaminasi yang fokus.

Namun, ini akan memerlukan pelacakan banyak barang dan personel melalui fasilitas secara real-time dan akan memerlukan sistem yang sangat canggih.

Hal ini semakin diperparah oleh masalah yang melekat pada karakteristik spora antraks yang digunakan, yang rentan terhadap penyebaran yang mudah.

Proses penanganan surat mekanis itu sendiri bisa berkontribusi terhadap aerosolisasi dan penyebaran spora di fasilitas tersebut.

Penyelidikan semakin rumit karena kurangnya akses ke data karyawan karena takut penyebaran spora lebih lanjut oleh kipas di komputer.

Contoh ini juga menunjukkan kebutuhan untuk mempertimbangkan menyimpan aplikasi dan data di luar situs atau sebagai layanan berbasis internet.

Pada masa pandemi ini penggunaan GIS sangat masif yang dimotori oleh Johns Hopkins University (JHU) yang dapat digunakan untuk monitoring informasi sebaran infeksi virus corona-19 sedunia.

Dengan GIS ini dapat diketahui melalui dashboardnya dapat ditemukan perkembangan total orang yang terinfeksi, orang yang sembuh dan orang yang meninggal secara time series dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam.

Contoh tampilan dashboard yang informatif dari aplikasi GIS dalam monitoring pandemi Corona Virus-19

Dengan penerapan ini model kesehatan lingkungan untuk GIS membentuk kerangka kerja yang baik untuk aplikasi dalam aplikasi GIS untuk pengaturan perawatan kesehatan.

Data kesehatan geografis dapat memperoleh beberapa manfaat yang sama yang diperoleh dengan menyediakan metode untuk mengorganisasi, memanipulasi, menganalisis, dan mempresentasi data secara efisien dari hubungan hasil kesehatan temporal dan spasial.

Pengarang buku ini Ric Skinner, seorang Profesional Sistem Informasi Geografis Bersertifikat (GISP), seorang konsultan dan peneliti berpengalaman yang keahliannya mencakup geografi kesehatan, kesiapsiagaan rumah sakit dan layanan kesehatan, sangat mendorong penggunaan GIS lingkungan rumah sakit / layanan kesehatan: klinis / medis, layanan kesehatan dan sumber daya, serta keamanan "kawasan rumah sakit".

Manajemen darurat rumah sakit dan layanan kesehatan telah menjadi topik yang semakin penting dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatnya kejadian bencana alam, wabah penyakit, dan ancaman bioterorisme.

Dalam konteks ini, Sistem Informasi Geografis (GIS) telah berkembang menjadi alat yang sangat berharga dalam membantu perencanaan, mitigasi, persiapan, respons, dan pemulihan terkait bencana dan keadaan darurat.

GIS menggabungkan data spasial dengan data atribut untuk menghasilkan peta dan analisis yang berguna dalam pengambilan keputusan.

Dalam sektor kesehatan, GIS dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola sebaran penyakit, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan memperbaiki koordinasi antara fasilitas kesehatan dan badan penanggulangan bencana.

Peran Dalam Manajemen Darurat Rumah Sakit

Peran GIS dalam manajemen darurat rumah sakit dan layanan kesehatan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan pemahaman yang lebih baik tentang potensi aplikasi GIS dalam bidang ini.

Beberapa area di mana GIS telah membuat dampak yang signifikan meliputi:

  1. Analisis Kerentanan Bencana: GIS dapat digunakan untuk mengidentifikasi area dan populasi yang paling rentan terhadap bencana, memungkinkan perencanaan dan alokasi sumber daya yang lebih efisien.
  2. Pemetaan dan Pelacakan Sumber Daya Kesehatan: GIS memungkinkan pemetaan fasilitas kesehatan, kapasitas tempat tidur, dan sumber daya medis lainnya, memudahkan koordinasi dan pengelolaan sumber daya selama keadaan darurat.
  3. Pengawasan dan Penanggulangan Wabah Penyakit: GIS dapat digunakan untuk memantau penyebaran penyakit dan mengidentifikasi pola untuk membantu dalam penanggulangan dan pengendalian wabah.
  4. Evakuasi dan Manajemen Transportasi: GIS membantu dalam perencanaan rute evakuasi, penentuan lokasi tempat penampungan, dan koordinasi transportasi pasien dan sumber daya medis selama keadaan darurat.
  5. Komunikasi dan Koordinasi Antar Lembaga: GIS memfasilitasi komunikasi antara berbagai lembaga yang terlibat dalam manajemen darurat, seperti rumah sakit, badan penanggulangan bencana, dan pemerintah daerah, melalui penyediaan peta dan informasi yang akurat dan terkini.
  6. Pelatihan dan Simulasi: GIS dapat digunakan dalam pelatihan dan simulasi keadaan darurat, membantu personel kesehatan dan manajemen darurat untuk lebih memahami situasi dan merencanakan tindakan yang efektif. Ini mencakup latihan berbasis skenario, pemodelan ancaman, dan visualisasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
  7. Integrasi Data: Menggabungkan data dari berbagai sumber dan format menjadi sistem GIS memungkinkan analisis yang lebih komprehensif dan mendalam. Hal ini mencakup integrasi data demografis, iklim, dan lingkungan, serta data kesehatan pasien dan sumber daya medis.
  8. Analisis Jejak Karbon dan Pengurangan Dampak Lingkungan: GIS dapat digunakan untuk mengukur jejak karbon dari fasilitas kesehatan dan merencanakan strategi pengurangan dampak lingkungan. Ini mencakup perencanaan transportasi hijau, pengelolaan energi, dan strategi pengurangan limbah.
  9. Penelitian dan Inovasi: GIS merupakan alat yang berharga untuk penelitian dan inovasi dalam bidang kesehatan dan manajemen darurat. Hal ini mencakup studi tentang pengaruh lingkungan terhadap kesehatan, pemetaan ketidaksetaraan kesehatan, dan pengembangan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan kesehatan selama keadaan darurat.

Kemajuan teknologi GIS dan peningkatan kesadaran tentang potensi aplikasinya dalam manajemen darurat rumah sakit dan layanan kesehatan akan terus mendorong peran GIS menjadi lebih integral dan penting dalam menghadapi bencana dan keadaan darurat.

Kolaborasi antara ahli GIS, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya akan menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaatGIS dalam menghadapi tantangan masa depan.

Seiring dengan peran yang terus berkembang dari GIS dalam manajemen darurat rumah sakit dan layanan kesehatan, penting bagi para profesional di bidang ini untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi ini dan menjalin kerjasama dengan ahli GIS dan pemangku kepentingan lainnya.

Pendidikan, pelatihan, dan pertukaran pengetahuan akan menjadi faktor kunci dalam memastikan bahwa GIS dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana dan keadaan darurat dalam sektor kesehatan.

Pengawasan dan penanggulangan wabah penyakit sangat penting dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat. GIS dapat memainkan peran penting dalam memantau penyebaran penyakit dan membantu dalam penanggulangan dan pengendalian wabah.

Beberapa cara teknis yang digunakan untuk memantau penyebaran penyakit dengan GIS adalah sebagai berikut:

  1. Pemetaan kasus: GIS memungkinkan para ahli untuk memetakan lokasi kasus penyakit yang dilaporkan. Pemetaan ini dapat memberikan gambaran visual mengenai distribusi geografis penyakit dan membantu mengidentifikasi area dengan prevalensi tinggi atau penularan yang cepat.
  2. Analisis ruang dan waktu: GIS dapat digunakan untuk menganalisis pola penyebaran penyakit dalam ruang dan waktu. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi tren, musim, atau perubahan dalam penyebaran penyakit, yang kemudian dapat digunakan untuk mengarahkan intervensi atau sumber daya.
  3. Penentuan area risiko: Dengan menggabungkan data tentang faktor risiko lingkungan, sosial, dan ekonomi, GIS dapat membantu mengidentifikasi area berisiko tinggi untuk penyebaran penyakit. Hal ini penting dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber daya untuk penanggulangan dan pengendalian wabah.
  4. Pelacakan kontak: GIS dapat membantu dalam pelacakan kontak dengan memetakan hubungan antara individu yang terinfeksi dan orang-orang yang mungkin telah terpapar penyakit. Hal ini membantu dalam upaya untuk mengendalikan penularan dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
  5. Pemodelan penyebaran: GIS dapat digunakan untuk membangun model penyebaran penyakit berdasarkan data historis dan variabel lain yang mempengaruhi penularan, seperti faktor iklim, pergerakan populasi, dan interaksi sosial. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi penyebaran penyakit di masa depan dan menginformasikan strategi penanggulangan.
  6. Evaluasi intervensi: Dengan memantau penyebaran penyakit sebelum dan sesudah intervensi, GIS dapat membantu mengevaluasi efektivitas tindakan penanggulangan dan pengendalian. Hal ini penting untuk mengoptimalkan strategi dan alokasi sumber daya.

Dengan menggabungkan data dan teknologi GIS, para ahli dan pejabat kesehatan masyarakat dapat lebih efektif memantau dan mengendalikan penyebaran penyakit.

Teknik-teknik ini, jika digunakan dengan tepat, dapat membantu mengurangi dampak wabah penyakit dan melindungi kesehatan masyarakat.***

Penulis adalah Ahli Madya Sistem Informasi Geospasial, Dosen Universitas Prisma, Pendiri Yayasan Pengkajian dan Advokasi Geospasial, Wakil Ketua IV Baznas Provinsi Sulawesi Utara

Editor: Sahril Kadir

Tags

Terkini

Terpopuler